DAKWAH NYATA DI ALAM MAYA

Setelah diketemukannya teknologi internet, perkembangan teknologi informasi dapat dikatakan mengalami loncatan yang luar biasa. Jauh dari perkiraan semua orang masa lalu. Semua informasi dari seluruh penjuru dunia dapat dibaca seketika itu juga oleh semua orang. Teknologi informasi dan jaringan internet seakan telah mencipta semacam dunia baru. Dunia yang tidak terbatasi oleh sekat apa pun. Dunia yang 
mempunyai tatanan tersendiri. Dunia yang tidak memerlukan ruang untuk menampung apa pun. Dunia yang tidak memerlukan kehadiran wujud fisik. Hanya dengan Hand Phone seharga 600 ribuan rupiah, kita sudah bisa menjadi warga dunia baru itu. Kita seakan bisa memadatkan ruang dan waktu seakan telah memadat dalam satu genggaman tangan.
Kita yang ada di Indonesia dalam satu waktu bisa bertukar pikiran dengan saudara kita yang ada di Belanda yang secara fisik terpisah jarak hampir setengah lingkaran bumi. Tidak hanya sekedar berkomunikasi dengan alat itu kita juga bisa membaca dan mengetahui milyaran informasi yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Dengan menjadi warga dunia maya ini, kita bisa mendapatkan ribuan peluang dan kemudahan untuk berbuat apa saja. Kita bisa mencari ilmu, mencari jodoh, menjalin silaturahim, mengais rezeki, ataupun membagi ilmu dan pengetahuan. Di dunia maya kita juga akan mudah berjumpa dengan juru dakwah maupun penjahat dan penipu ulung.
Dunia maya juga menumbuhsuburkan media sosial virtual semacam face book dan twitter. Saat ini hampir semua orang sudah mengenal dan mendengar bahkan mengakrabi media-media sosial virtual semacam itu. Saat ini hampir semua orang pasti punya akun facebook, twitter, atau yang sejenis dengan itu.
Era sekarang ini adalah era media sosial. Era face book dan twitter. Dua puluh tahun yang lalu, kita tidak pernah membayangkan kemunculan kekuatan sosial luar biasa yang bisa digalang hanya lewat alam maya. 
Kita tentu masih ingat betapa dahsyatnya kekuatan sosial media ketika menyokong KPK dalam kasus Cicak melawan Buaya jilid satu maupun jilid dua maupun ketika penggalangan dukungan untuk Prita Mulyasari saat berhadapan dengan kekuatan pemodal.
Lewat media sosial pula bibit dan pemikiran terorisme bisa disebarkan, pikiran liberal bisa dikembangbiakkan. Namun lewat media sosial seperti facebook dan Twitter pula pikiran lurus juga bisa ditumbuhsuburkan di alam nyata.
Permasalahannya, apakah kita sudah memaksimalkan peluang dan ruang yang tidak ada batasnya yang disajikan dunia maya itu untuk kita isi dengan hal-hal yang baik? Sudah maksimalkah kita manfaatkan peluang yang ada untuk menyebarkan hal-hal baik?
Kita semua bisa memanfaatkan ruang yang tersedia itu. Saat ini apapun paham dan pemikiran yang hendak kita dakwahkan dapat seketika kita sebarkan ke seluruh penjuru dunia secara mudah. Dunia maya tidak kenal redaktur yang membatasi dan menyensor opini. Dunia maya tidak kenal tukang sensor yang suka bertindak atas nama etika dan moral. Sekali lagi, sepatutnya kita bertanya sudahkah ruang terbuka kita maksimalkan untuk menyebarkan paham Islam yang berkemajuan?• (bahand an tulisan: isma)