Sekjen IMM Jadi Khatib dan Imam di Kawasan Umat Hindu Nepal

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) November mulai menyita perhatian dunia. 
Setelah sukses menyelenggarakan International Youth Conference pada 17-22 November 2013 di Jakarta belum lama ini, Sekretaris Jenderal DPP IMM Fahman Habibi diundang The Youth’s UNESCO Club, yang bekerja sama dengan International Peace and Development Ethics Center, Eubios Ethics Institute and American University of Sovereign Nation.
Lembaga-lembaga internasional itu meminta Fahman memaparkan ide dan gagasan tentangYouth Ambassador for Cultural Reservation Proud to be Indonesian dalam acara Seventh International Youth Peace Ambassador Training Workshop di Kathmandu dan  Lumbini, Nepal, pada 19-25 Januari kemarin.
Kegiatan Seventh International Youth Peace Ambassador Training Workshop ini tepatnya digelar di Hotel Hill Take Sanga Bhaktapur, kawasan perbukitan dingin dengan suhu udara 4-17 derajat celsius dengan panorama gunung Himalaya. 
Dari Indonesia, Fahman Habibi bersama bersama perwakilan Universitas Parahyangan Bandung dan pasca sarjana Universitas Gajah Madja, Yogyakarta. Selain Indonesia dan Nepal, juga hadir perwakilan dari berbagai negara lainnya. Seperti Thailand, Filipina, Bangladesh, Uzbekistan, Tunisia, Norwegia, Australia, China, dan Selandia Baru. 
Dalam presentasinya, Fahman menjelaskan soal kekayaan adat dan budaya Indonesia. Selain bisa mendatangkan turis, dia yakin, budaya juga bisa menciptakan perdamaian dunia. Dalam kesempatan itu, mahasiswa pasca sarjana Universitas Muhammaiyah Prof. Dr. Hamka ini juga memaparkan action plan-nya terkait pagelaran budaya lokal yang akan dilaksanakan di Keraton Solo dan Yogyakarta.
“Jika hasil presentasi bisa diaplikasikan, saya akan mendapatkan anugerah The Youth Peace Ambasador. Penganugerahannya akan dilaksanakan di Arizona pada kegiatan berikutnya,” ujar Fahman dalam keterangannya.
Kegiatan ini juga diisi dengan agenda kunjungan ke beberapa kawasan bersejarah seperti tempat kelahiran Budha di daerah Lumbini. Disitu terdapat kompleks percandian yang sangat luas, mirip dengan yang ada di Jambi. Meski yang di Nepal ini sudah direnovasi dan dibangun kuil-kuil.
Kunjungan lain juga dilakukan di Monkey Temple dan Durbar Square, peninggalan kerajaan Nepal yang kini telah menjadi situs warisan dunia. 
Nepal memang negara yang mayoritas warganya memeluk agama Hindu. Namun karena beberapa peserta ada yang beragama Islam, seperti dari Bangladesh, Tunisia, dan Uzbekistan serta Indonesia, diselenggarakan shalat Jumat di sekitar Patung Lord of Shiva, kawasan yang disucikan oleh umat Hindu.
“Saya juga diminta menjadi khotib sekaligus menjadi imam shalat Jum’at,” tandas Pimen, demikian ia akrab disapa. [sp/zul/rmol]