Dr. H. Syamsul Hidayat, M. Ag., mengatakan, sebagai
gerakan Tajdid fi al-Islam, Muhammadiyah mengimplementasikan setiap gerakannya
dengan metode dan strategi pembaharuan. Pembaharuan yang dilakukan memiliki dua
makna. 1. al-I’adah (kembali kepada kemurnian Islam dalm masalah agama yang
bersifat baku, yakni masalah aqidah, ibadah mahdhah, sebagian muamalah dan
akhlak).2. al-ihya’ (menghidupkan dan mendinamisasikan pemikiran dan pengalaman
agama pada masalah-masalah yang bersifat dinamis, yakni sebagian besar masalah
muamalah duniawiyah seperti politik, ekonomi, budaya dan seterusnya). Pandangan
diatas berimplikasi pada keterbukaan dan sikap Muhammadiyah yang cair terhadap
fenomena perubahan dan pluralitas budaya beserta nilai-nilai yang dikandungnya.
Corak gerakan Muhammadiyah terlihat ramah dan cerdas dalam mensikapi fenomena
pluralitas dan perubahan nilai sosial budaya sekaligus memberikan arah
perubahan dan pluralitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam (tetap
berpijak pada al qur’an dan sunnah). Artinya perubahan dan budaya yang dinilai
baik sejalan dengan ajaran Islam, diterima. Perubahan dan budaya yang buruk,
tidak sejalan dengan ajaran agama ditolak.
gerakan Tajdid fi al-Islam, Muhammadiyah mengimplementasikan setiap gerakannya
dengan metode dan strategi pembaharuan. Pembaharuan yang dilakukan memiliki dua
makna. 1. al-I’adah (kembali kepada kemurnian Islam dalm masalah agama yang
bersifat baku, yakni masalah aqidah, ibadah mahdhah, sebagian muamalah dan
akhlak).2. al-ihya’ (menghidupkan dan mendinamisasikan pemikiran dan pengalaman
agama pada masalah-masalah yang bersifat dinamis, yakni sebagian besar masalah
muamalah duniawiyah seperti politik, ekonomi, budaya dan seterusnya). Pandangan
diatas berimplikasi pada keterbukaan dan sikap Muhammadiyah yang cair terhadap
fenomena perubahan dan pluralitas budaya beserta nilai-nilai yang dikandungnya.
Corak gerakan Muhammadiyah terlihat ramah dan cerdas dalam mensikapi fenomena
pluralitas dan perubahan nilai sosial budaya sekaligus memberikan arah
perubahan dan pluralitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam (tetap
berpijak pada al qur’an dan sunnah). Artinya perubahan dan budaya yang dinilai
baik sejalan dengan ajaran Islam, diterima. Perubahan dan budaya yang buruk,
tidak sejalan dengan ajaran agama ditolak.
Hal tersebut disampaikan oleh dosen Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS ) saat mempresentasikan hasil penelitian
disertasinya untuk memperoleh gelar Doktor bidang Ilmu Agama Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, bertempat di ruang promosi doktor kampus
setempat, Jum’at, 21 Januari 2011. Disertasi berjudul “Pemikiran Muhammdiyah
Tentang Pluralitas Budaya”. dipertahankan dihadapan Tim Penguji antar lain;
Prof. Dr.H. Syamsul Anwar, M.A., Prof. Dr. H. Sjafri Sairin, M.A., Dr.H. Haedar
Nashir, M.Si., Noorhaidi, M. Phil, Ph. D., Prof. Dr. H. Burhanudin Daya
(promotor merangkap penguji), Prof. Dr. H. Irwan Abdullah (promotor merangkap
penguji). Sidang Promosi dipimpin oleh Prof.Dr.H. Musa Asy”arie, dengan
sekretaris Dr. H. Sukamta.
Muhammadiyah Surakarta (UMS ) saat mempresentasikan hasil penelitian
disertasinya untuk memperoleh gelar Doktor bidang Ilmu Agama Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, bertempat di ruang promosi doktor kampus
setempat, Jum’at, 21 Januari 2011. Disertasi berjudul “Pemikiran Muhammdiyah
Tentang Pluralitas Budaya”. dipertahankan dihadapan Tim Penguji antar lain;
Prof. Dr.H. Syamsul Anwar, M.A., Prof. Dr. H. Sjafri Sairin, M.A., Dr.H. Haedar
Nashir, M.Si., Noorhaidi, M. Phil, Ph. D., Prof. Dr. H. Burhanudin Daya
(promotor merangkap penguji), Prof. Dr. H. Irwan Abdullah (promotor merangkap
penguji). Sidang Promosi dipimpin oleh Prof.Dr.H. Musa Asy”arie, dengan
sekretaris Dr. H. Sukamta.
Menurut promovendus, penelitian disertasinya
menganalisis pemikiran dan gerakan Muhammadiyah, khususnya menyangkut relasi
agama dan Kebudayaan. Pihaknya melakukan pemahaman terhadap realitas historis,
konsistensi Muhammadiyah dalam mengejawantahkan pemikiran ideologis dan metodologis
Islam tentang pluralitas budaya di Indonesia, dengan menggunakan pendekatan
kualitatif metode Interpretasi. Sementara yang diinterpretasikan adalah
teks-teks resmi organisasi Mmuhammadiyah dan karya-karya pemikir Muhammadiyah,
serta para pemimpin Muhammadiyah dari masa ke masa.
menganalisis pemikiran dan gerakan Muhammadiyah, khususnya menyangkut relasi
agama dan Kebudayaan. Pihaknya melakukan pemahaman terhadap realitas historis,
konsistensi Muhammadiyah dalam mengejawantahkan pemikiran ideologis dan metodologis
Islam tentang pluralitas budaya di Indonesia, dengan menggunakan pendekatan
kualitatif metode Interpretasi. Sementara yang diinterpretasikan adalah
teks-teks resmi organisasi Mmuhammadiyah dan karya-karya pemikir Muhammadiyah,
serta para pemimpin Muhammadiyah dari masa ke masa.
Hasil penelitian putra kelahiran Jember ini
menunjukkan, prinsip purifikasi dan dinamisasi yang dipegang Muhammadiyah sudah
melembaga dalam organisasi ini, menjadi sebuah ideologi dan theologi yang
dikenal dengan sebutan “tajdid”. Respeknya pemikiran Muhammadiyah terhadap
pluralitas budaya telah mengantarkan organisasi ini justru menjadi kuat
jatidirinya. Dengan ideologi dan theologi tajdid pula, menjadikan Muhammadiyah
mudah melakukan interaksi dengan segala pihak. Muhammadiyah, kata Syamsul
Hidayat, dapat tampil dalam banyak wajah dalam arti positif. Secara
metodelogispun pemikiran keagamaan mmuhammadiyah yang relatif terbuka terhadap
pluralitas budaya ternyata bisa menampung siapapun untuk berkhidmah di dalam
Muhammadiyah demi tegaknya din al-Islam dan kemuliaan umat
menunjukkan, prinsip purifikasi dan dinamisasi yang dipegang Muhammadiyah sudah
melembaga dalam organisasi ini, menjadi sebuah ideologi dan theologi yang
dikenal dengan sebutan “tajdid”. Respeknya pemikiran Muhammadiyah terhadap
pluralitas budaya telah mengantarkan organisasi ini justru menjadi kuat
jatidirinya. Dengan ideologi dan theologi tajdid pula, menjadikan Muhammadiyah
mudah melakukan interaksi dengan segala pihak. Muhammadiyah, kata Syamsul
Hidayat, dapat tampil dalam banyak wajah dalam arti positif. Secara
metodelogispun pemikiran keagamaan mmuhammadiyah yang relatif terbuka terhadap
pluralitas budaya ternyata bisa menampung siapapun untuk berkhidmah di dalam
Muhammadiyah demi tegaknya din al-Islam dan kemuliaan umat
Ketika kritik kemandegan menderanya, Muhammadiyah
segera merekontruksi metodologi pemikiran Islamnya dengan mengunakan trilogi
pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dengan segala pro-kontranya. Pendekatan
trilogi ini mengadopsi pemikiran Abid al-Jabiri, yang oleh Mmuhammadiyah
diterima dengan beberapa modifikasi. Dengan nalar Bayani ternyata mengantarkan
Muhammadyah mampu mengembangkan gerakan purifikasi dan paham puritanisme,
sehingga siap untuk melakukan Islamisasi berbagai lini kehidupan. Nalar Burhani
menjadikan gerakan Muhammadiyah mampu mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi yang berpijak pada nilai-nilai al Qur’an dan hadis. Nalar Irfani
telah menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan moral spiritual yang berkembang
pesat (bukan spiritual simbolik, seperti gerakan dzikir jama’ah, bentuk-bentuk
tarekatisme dan sebagainya). Jadi spiritualisme Mmuhammadiyah bersifat aktif
dengan mengembangkan berbagai amal usaha dan menumbuhkan sikap empati kepada semua
potensi umat yang pluralistik
segera merekontruksi metodologi pemikiran Islamnya dengan mengunakan trilogi
pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dengan segala pro-kontranya. Pendekatan
trilogi ini mengadopsi pemikiran Abid al-Jabiri, yang oleh Mmuhammadiyah
diterima dengan beberapa modifikasi. Dengan nalar Bayani ternyata mengantarkan
Muhammadyah mampu mengembangkan gerakan purifikasi dan paham puritanisme,
sehingga siap untuk melakukan Islamisasi berbagai lini kehidupan. Nalar Burhani
menjadikan gerakan Muhammadiyah mampu mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi yang berpijak pada nilai-nilai al Qur’an dan hadis. Nalar Irfani
telah menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan moral spiritual yang berkembang
pesat (bukan spiritual simbolik, seperti gerakan dzikir jama’ah, bentuk-bentuk
tarekatisme dan sebagainya). Jadi spiritualisme Mmuhammadiyah bersifat aktif
dengan mengembangkan berbagai amal usaha dan menumbuhkan sikap empati kepada semua
potensi umat yang pluralistik
Syamsul Hidayat juga menjelaskan, Muhammadiyah
memandang pluralitas budaya sebagai keniscayaan sunatullah. Artinya budaya dan
peradaban adalah rangkaian pandangan hidup, nilai, norma perilaku dan karya
manusia yang memiliki keyakinan, kepercayaaan dan agama. Walaupun agama dan
budaya merupakan dua sisi yang berbeda, namun sesungguhnya keduanya memiliki
relasi yang sangat dekat.
memandang pluralitas budaya sebagai keniscayaan sunatullah. Artinya budaya dan
peradaban adalah rangkaian pandangan hidup, nilai, norma perilaku dan karya
manusia yang memiliki keyakinan, kepercayaaan dan agama. Walaupun agama dan
budaya merupakan dua sisi yang berbeda, namun sesungguhnya keduanya memiliki
relasi yang sangat dekat.
Menurut promovendus konsekuensi pemikiran muhammadiyah
tentang gerakan agama dan pluralitas budaya ini adalah : Dakwah Islam sebagai
strategi kebudayaan Muhammadiyah memiliki makna yang sangat luas seluas seluruh
aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, tafsir dakwah Muhammadiyah dituangkan
dalam bentuk gerakan dan pengkajian dan pemikiran Islam, gerakan tabligh dan
penyiaran Islam, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pengembangan ekonomi umat, kesehatan, santunan sosial kaum dhuafa dan yatim
piatu, seni dan budaya, dan sebagainya Yang kesemuanya itu merupakan wujud
kongkret dari kebudayaan Muhammadiyah, sebagaiman dituangkan dalam pedoman
hidup Islami. Dengan luasnya tafsir dakwah tersebut, dakwah Muhammadiyah
menyerah dan memasuki seluruh relung kehidupan masyarakat.
tentang gerakan agama dan pluralitas budaya ini adalah : Dakwah Islam sebagai
strategi kebudayaan Muhammadiyah memiliki makna yang sangat luas seluas seluruh
aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, tafsir dakwah Muhammadiyah dituangkan
dalam bentuk gerakan dan pengkajian dan pemikiran Islam, gerakan tabligh dan
penyiaran Islam, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pengembangan ekonomi umat, kesehatan, santunan sosial kaum dhuafa dan yatim
piatu, seni dan budaya, dan sebagainya Yang kesemuanya itu merupakan wujud
kongkret dari kebudayaan Muhammadiyah, sebagaiman dituangkan dalam pedoman
hidup Islami. Dengan luasnya tafsir dakwah tersebut, dakwah Muhammadiyah
menyerah dan memasuki seluruh relung kehidupan masyarakat.
Oleh tim penguji, Dr. Syamsul Hidayat, M.Ag dinyatakan
lulus dengan predikat sangat memuaskan, dan dirinya merupakan Doktor ke-270
yang telah berhasil diluluskan Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga
(www.uin-suka.ac.id)
lulus dengan predikat sangat memuaskan, dan dirinya merupakan Doktor ke-270
yang telah berhasil diluluskan Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga
(www.uin-suka.ac.id)