Rasulullah dalam mengenangmu
Kami susuli lembaran sirahmu
Pahit getir pengorbananmu
Membawa cahaya kebenaran
Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk umatmu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya
Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlakmu
Tidak terbalas segala jasamu
Sesungguhnya engkau rasul mulia
Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir namamu di dalam Al-Quran
Rasulullah kami umatmu
Walau tak pernah melihat wajahmu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamal sunnahmu
Kami sambung perjuanganmu
Walau kita tak pernah bersua
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela
(Syair Rasulullah oleh Munsyid Hijjaz)
Memahami
syair nasyid di atas jika memang kita hayati secara komprehensif dan penuh
pemaknaan maka air mata tak kuasa akan jatuh dari mata kita. Bukan tidak
mungkin lagi, Rasulullah yang mungkin selama ini belum kita cintai sepenuh
hati, belum kita lakukan segala sunnah-sunnah dan ajarannya, Beliau memiliki
kecintaan yang luar biasa kepada kita semua, umatnya. Parahnya lagi kita yang
mungkin sempat meremehkan apa yang telah beliau teladankan. Na’udzubillah…
syair nasyid di atas jika memang kita hayati secara komprehensif dan penuh
pemaknaan maka air mata tak kuasa akan jatuh dari mata kita. Bukan tidak
mungkin lagi, Rasulullah yang mungkin selama ini belum kita cintai sepenuh
hati, belum kita lakukan segala sunnah-sunnah dan ajarannya, Beliau memiliki
kecintaan yang luar biasa kepada kita semua, umatnya. Parahnya lagi kita yang
mungkin sempat meremehkan apa yang telah beliau teladankan. Na’udzubillah…
Kecintaan
kita kepada Rasulullah mungkin hanya sebatas butir pasir di lautan nan luas.
Dengan berdalih kita belum pernah bersua dengannya (mungkin), kita sulit untuk
mencintai beliau. Padahal sudah jelas kita harus menempatkan Rasulullah sebagai
prioritas kedua cinta kita setelah cinta kita kepada Allah.
kita kepada Rasulullah mungkin hanya sebatas butir pasir di lautan nan luas.
Dengan berdalih kita belum pernah bersua dengannya (mungkin), kita sulit untuk
mencintai beliau. Padahal sudah jelas kita harus menempatkan Rasulullah sebagai
prioritas kedua cinta kita setelah cinta kita kepada Allah.
Akan
sangat kontras jika kita berbicara tentang kecintaan Rasulullah kepada kita
semua, umatnya. Totalitas dan ketulusan cinta Rasul kepada kita sudah tak
terbantahkan lagi. Banyak sekali bukti yang menunjukkan betapa cintanya
Rasulullah kepada kita. Salah satunya adalah di saat akhir hayatnya, beliau
masih saja memikirkan umatnya. “Ummati, ummati, ummati” umatku, umatku, umatku.
Umat selalu ada dalam prioritas hidupnya. Bukan kematian yang ditakutkan, bukan
harta yang ia pikirkan, bukan pula sanak keluarga yang dipedulikan, tapi umat
yang beliau khawatirkan sepeninggal Rasulullah menghadap-Nya. Inilah
alasan mutlak mengapa kita harus mencintai Rasulullah, Rasulullah yang telah
membuktikan ketulusan cintanya kepada umatnya, akan sangat ironis jika kita
tidak mencintai beliau. Rasulullah tidak memikirkan apapun di akhir hayatnya,
namun hanya satu hal yang ia pikirkan, yaitu bagaimana kondisi umatnya nanti.
Sehingga sudah saatnya marilah kita mulai belajar mencintai Rasulullah, dengan
berittiba terhadap sunnah-sunnahnya, mari kita buktikan betapa kita mencintai
Rasulullah seperti beliau mencintai kita semua sebagai umatnya.
sangat kontras jika kita berbicara tentang kecintaan Rasulullah kepada kita
semua, umatnya. Totalitas dan ketulusan cinta Rasul kepada kita sudah tak
terbantahkan lagi. Banyak sekali bukti yang menunjukkan betapa cintanya
Rasulullah kepada kita. Salah satunya adalah di saat akhir hayatnya, beliau
masih saja memikirkan umatnya. “Ummati, ummati, ummati” umatku, umatku, umatku.
Umat selalu ada dalam prioritas hidupnya. Bukan kematian yang ditakutkan, bukan
harta yang ia pikirkan, bukan pula sanak keluarga yang dipedulikan, tapi umat
yang beliau khawatirkan sepeninggal Rasulullah menghadap-Nya. Inilah
alasan mutlak mengapa kita harus mencintai Rasulullah, Rasulullah yang telah
membuktikan ketulusan cintanya kepada umatnya, akan sangat ironis jika kita
tidak mencintai beliau. Rasulullah tidak memikirkan apapun di akhir hayatnya,
namun hanya satu hal yang ia pikirkan, yaitu bagaimana kondisi umatnya nanti.
Sehingga sudah saatnya marilah kita mulai belajar mencintai Rasulullah, dengan
berittiba terhadap sunnah-sunnahnya, mari kita buktikan betapa kita mencintai
Rasulullah seperti beliau mencintai kita semua sebagai umatnya.
Ya
Rasulullah, izinkan kami mencintaimu dan menjadi umat terbaikmu….
Rasulullah, izinkan kami mencintaimu dan menjadi umat terbaikmu….
PHISCA ADITYA ROSYADY