Umat Islam Harus Melek Sains dan Teknologi

Produk – produk
Sains dan Teknologi, tanpa kita sadari telah membanjiri kehidupan kita. Pada
saat Kontes Kecantikan Miss World sedang ditentang habis – habisan oleh
sebagian Umat Islam di Indonesia, justru sebagian umat Islam yang lain bisa
asyik menikmati Meriahnya Kontes tersebut lewat Pesawat Televisi yang ada di
rumah mereka masing – masing. Mereka dapat menonton pertunjukan tersebut  secara live tanpa harus jauh – jauh datang ke
Bali, untuk langsung melihatnya.

Saat ini, hampir
setiap orang mempunyai HP, mulia dari tukang sayur sampai pejabat kantoran.
Bahkan seorang nelayan yang ada di pesisir pantai pun, bisa jadi punya Blackberry
di sakunya. Beberapa dekade yang lalu, bila seorang mahasiswa di kota ingin
menyampaikan berita kepada orangtuanya yang tinggal di pelosok. Ia harus
mengirimkan surat atau datang langsung menemui orang tuanya. Sekarang dengan
kemajuan sains dan teknologi, tanpa perlu waktu beberapa hari, bahkan dalam
sekejap mata, pesan bisa disampaikan.

Selain
Handphone, produk kemajuan teknologi lain yang dapat kita lihat adalah motor,
mobil, radio, pemanas air, kulkas, TV, mesin pemotong rumput. Dan masih banyak
lagi produk – produk teknologi yang kita pakai. Hidup manusia di zaman modern
ini tak bisa lepas dari teknologi.

Namun, muncullah
sebuah pertanyaan yang sedikit menggugat? Siapa yang membuat produk – produk
ini? Siapa yang merancangnya, memproduksin ya di pabrik, lalu memasarkannya?
Ternyata dapat Produk – produk ini tak satupun yang diproduksi oleh Negara –
Negara Muslim.  Handphone dengan merek
Nokia berasal dari  Finlandia, sementara
merek Samsung yang terkenal berasal dari Korea, kemudian Motor Honda yang
terkenal itu dari Jepang. Kemudian Mobil Ford dari Amerika, Pesawat Airbus dari
Prancis. Lalu apa yang diproduksi Negara – Negara Muslim? Ya memang dulu
Indonesia sebagai Negara yang mayoritas berpeenduduk Muslim pernah punya
kebanggan dengan CN 235 nya. Lalu Sekarang ada Iran dan Pakistan dengan
Nuklirnya, Malaysia dengan mobil Protonnya. Lantas bagaimana dengan Arab,
Mesir, Sudan, Maroko, Tunisia, Yaman, 
Brunei Drussalam, Yordania dan Negri – negri Muslim yang lainnya?

Kondisi negeri –
negeri Muslim dalam bidang pengembangan sain tek masih jauh tertinggal. Kaum
Muslimin ternyata lebih sengang memosisikan diri sebagai pemakai. Kaum Muslimin
disibukkan
oleh urusan perebutan kekuasaan dan urusan – urusan lainnya, sehingga
mengabaikan pengembangan sains dan teknologi. Mungkin, diantara para pembaca
ada yang bertanya dalam hati, mengapa Umat Islam harus menguasai Sains dan
Teknologi? Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat melihat apa yang terjadi
dengan nasib
saudara – saudara kita di Afghanistan, Iraq, dan Palestina. Afghanistan, dan
Iraq diluluhlantakkan oleh Roket , bom, dan rudal Amerika, sementara Palestina
dibombardir habis – habisan oleh Pesawat Tempur Israel. Roket, rudal, bom, dan
Pesawat tempur adalah hasil kecanggihan sains dan teknologi.

Di dalam Al
Qur’an Sendiri menurut Syaikh Jauhari Tantawi dalam kitab tafsirnya, ada 800
ayat Kauniyah dari 6.236 ayat Al – Qur’an. Sementara itu ayat – ayat yang
membahas persolan hukum dan fikih hanya 150 Ayat. Akan tetapi Para Ulama jauh
lebih banyak mengerahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membahas 150 Ayat
ini. Ulama – Ulama Islam kurang menaruh perhatian terhadap ayat – ayat Al –
Qur’an yang berbicara tentang awan, pergantian malam dan siang, lebah, semut,
dan ayat – ayat lain yang berbicara tentang kekuasaan Allah.

Selama 10 abad
lebih ayat – ayat ini kurang diperhatikan oleh para Ulama, hampir tak ada kitab
– kitab yang membahasnya. Pengajian – pengajian yang selama ini digandrungi
cenderung berdimensi tasawuf, dan terlalu futuristik. Umat Islam terlalu
memikirkan masalah Akhirat, dan abai terhadap persoalan – persoalan sains dan
teknologi.  Ditambah lagi Pemimpin –
pemimpin di Negara – Negara Muslim cenderung anti terhadap Ilmu Pengetahuan. Hal
ini bisa dilihat dari Anggaran penelitian untuk lima Negara Muslim, setara
dengan anggaran penelitian suatu negara maju. Akibatnya, Negara – Negara muslim
yang notabene melimpah sumber daya alamnya saat ini tak memiliki kemampuan
teknis untuk mengelola. Sumber daya alam diserahkan kepada korporasi –
korporasi asing, kemudian diolah  untuk
menghasilkan produk – produk industri, kemudian dipasarkan lagi ke negara –
Negara Muslim.
Diktum yang
didengungkan oleh Francis Bacon ”Knowledge is Power” memang sulit
terbantahkan. Hegemoni Negara – negara maju atas negara – negara berkembang
adalah bukti kongkretnya. Sekarang semuanya kembali pada kesadaran Umat Islam,
apakah mau terus – terusan bernasib seperti makanan di nampan yang dikeroyok
orang – orang lapar atau mau mengambil peran sebagai khalifatullah fil arld
dan menjadi khairu ummah. Bila umat Islam mau memilih pilihan kedua maka
selain Iman dan Taqwa, Umat Islam Wajib menguasai Sains dan Teknologi. Wallahu
A’lam.



Usykur Rahmat Fillah
Ketua IMM Kom. Sepuluh Nopember Surabaya