Langkah-Langkah Dalam Mewujudkan Masyarakat Islam Yang Sebenar-Benarnya



dr. H. Agus Sukaca, M Kes.
(Ketua Majelis Tabligh PP MUhammadiyah)

Terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah visi jangka panjang Muhammadiyah yang tidak terbatas waktu. Visi adalah gambaran masa depan yang akan diwujudkan yang sekarang belum ada. Suatu visi akan menjadi kenyataan apabila diyakini oleh pemilik visi sebagai gambaran masa depan yang dapat diwujudkan. Semakin  yakin seseorang terhadap kemungkinan terwujudnya, peluangnya semakin besar. Demikian pula sebaliknya! Oleh karena itu kita harus meyakini bahwa visi Muhammadiyah dapat kita wujudkan. Kalau para pemimpin, kader, dan anggota Muhammadiyah ragu-ragu, atau bahkan berpikiran mustahil dapat diwujudkan, pasti visi tersebut tidak pernah akan menjadi kenyataan. Bagaimana mungkin kita berjuang terhadap sesuatu yang kita tidak yakin bisa mencapainya? Tentu semangat akan menjadi lemah, dan lama-lama mati! Untuk menumbuhkan keyakinan yang kuat, kita harus mempunyai gambaran yang konkret tentang visi kita dan kemudian menentukan langkah-langkah yang tepat untuk menujunya.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah menggambarkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagai masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga merupakan “Baldatun Thayyibatun wa  Rabbun Ghafuur”, yakni suatu negeri yang indah, bersih, suci, makmur, di bawah perlindungan Tuhan yang Maha Pengampun. Masyarakat semacam itu, selain merupakan kebahagiaan di dunia bagi seluruh manusia, juga akan menjadi tangga bagi ummat Islam untuk memasuki gerbang surga “Jannatun Na’iem” untuk mendapatkan keridhaan Allah yang abadi. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu adalah merupakan rahmat Allah bagi seluruh alam, yang akan menjamin sepenuhnya keadilan, persamaan, keamanan, keselamatan, dan kebeasan bagi anggota-anggotanya.
Gambaran masyarakat Islam yang sebenar-benarnya secara sederhana dapatlah kita gambarkan sebagai tatanan masyarakat yang hidup berdampingan secara harmonis, didominasi oleh pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya dengan ciri:bertauhid murni, berakhlak mulia, taat beribadah sesuai tuntunan Rasulullah, dan bermu’amalat menurut ajaran Islam. Pribadi-pribadi tersebutlah yang menguasai lembaga-lembaga kenegaraan dan pranata-pranata sosial yang ada sehingga semuanya berjalan sesuai yang dikehendaki ajaran Islam.
Berangkat dari gambaran sederhana tersebut, langkah terpenting untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah membina sebanyak mungkin pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya hingga mencapai jumlah yang memungkinkan untuk mendominasi semua lembaga kenegaraan dan pranata-pranata sosial lainnya. Selanjutnya, biarkan pribadi-pribadi yang terbina tersebut mengaktualisasikan peran kebangsaan dan kemasyarakatannya sehingga berjalan sesuai yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Muhammadiyah seharusnya menfokuskan pada langkah-langkah penting ini. Biarkan urusan politik dilaksanakan oleh pribadi-pribadi muslim yang telah dibina oleh Muhammadiyah! Muhammadiyah berkonsentrasi menggerakkan mesin organisasi untuk memproduksi sebanyak-banyaknya pribadi muslim yang sebenar-benarnya

Strategi Membina Pribadi Muslim Yang Sebenar-Benarnya

Mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya memerlukan pembinaan yang tersistem, intensif dan jangka panjang. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah mengatur pembinaan anggota dan simpatisan dilakukan melalui pengajian-pengajian (pengajian umum, anggota, muballigh, pimpinan), kursus-kursus (kursus umum, anggota, kader, muballigh), dan jama’ah. Pengajian adalah lembaga pertemuan berkala anggota jama’ah untuk meng-update atau meningkatkan pemahaman ajaran Islam, menjaga semangat keberagamaan, dan menjaga sillaturrahmi sesama anggota jama’ah. Sedangkan kursus adalah lembaga pengajaran berjangka untuk bidang-bidang tertentu secara lebih konprehensif, misalnya: kursus tauhid, kursus ibadah (thaharah, shalat, zakat, manasik haji, dll),  kursus akhlak, kursus keluarga sakinah, kursus kader (Baitul Arqam, Darul Arqam, Latihan Instruktur), kursus muballigh, dll.
Pengajian-pengajian dan kursus-kursus tersebut seharusnya dilembagakan secara permanen dengan manajemen yang baik dan dikelola dengan sungguh-sungguh sehingga menjadi lembaga yang profesional. Untuk kepentingan tersebut, pimpinan persyarikatan perlu menetapkan pengelola  dan ustadz tetapnya untuk masing-masing lembaga pengajian dan kursus.
Jama’ah merupakan amal usaha wajib bagi ranting. Kewajiban membina jama’ah mengisyaratkan bahwa setiap anggota Muhammadiyah haruslah berada  dalam jama’ah. Dengan berjama’ah, semangat ber-Islam akan terjaga, dan hidupnya akan terpimpin. Dalam jama’ah, pembinaan akan intensif dan berlangsung dalam jangka lama. Jama’ah dipimpin oleh seorang Kader Muhammadiyah yang bertugas (1) memotivasi dan  menjaga agar masing-masing anggota jama’ahnya mengikuti pengajian rutin dan kursus-kursus yang diselenggarakan; (2) membimbing anggota jama’ah mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya; (3) menjaga agar anggota jama’ahnya senantiasa berada dalam jama’ah, dan tidak keluar dari jama’ah sampai akhir hayat, (4) Apabila anggota jama’ahnya pindah tempat tinggal, ia menghubungkan dengan jama’ah yang ada di tempat tinggalnya yang baru dan menyerahkannya kepada pemimpin jama’ahnya untuk pembinaan lebih lanjut; (5) menduplikasikan kemampuannya memimpin jama’ah kepada anggota-anggotanya dengan mensponsori mereka menjadi kader. Dengan dipimpin oleh Pemimpin Jama’ah inilah, anggota dan simpatisan Muhammadiyah diproses dalam sistem pembinaan melalui pengajian dan kursus.
Alur pembinaan dimulai dengan proses rekruitmen anggota jama’ah oleh para kader dari kalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Selanjutnya mengajak mereka mengikuti pengajian rutin dan kursus-kursus, membina dalam jama’ah, mensponsori menjadi anggota, mengikitsertakan dalam perkaderan dan pelatihan muballigh hingga akhirnya sebagian di antara mereka menjadi kader dan muballigh. Kader yang dihasilkan melakukan hal yang serupa mulai dari rekruitmen sampai menjadi kader. Kewajiban seorang kader adalah menduplikasikan dirinya kepada anggota jama’ah binaannya sehingga menjadi kader seperti dirinya. Dengan cara ini sistem pembinaan menjadi terstruktur, dilaksanakan secara bertahap, sampai menjadi pribadi yang dicita-citakan.
Pembinaan sasaran dakwah menjadi pribadi muslim yang sebenar-benarnya sesungguhnya merupakan pembinaan sikap seseorang, yang keberhasilannya ditentukan oleh apa yang menjadi tujuannya, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya. Di samping pembinaan dengan alur sebagaimana tersebut di atas, hal paling penting adalah membantu mereka menetapkan tujuan hidupnya: “menjadi pribadi muslim yang sebenar-benarnya” sehingga layak menjadi penghuni surga jannatun na’iem. Apabila tujuan hidup tersebut sudah menjadi impian terbesar hidupnya, ia akan mempengaruhi seluruh sistem tubuhnya untuk bergerak mengejar impinan tersebut. Semangat mewujudkannya akan meningkat apabila pikirannya didominasi oleh informasi positif yang masuk melalui mata dan telinganya. 
Menjadi tugas pimpinan menyediakan informasi-informasi positif tersebut. Informasi melalui jalur visual dapat dipenuhi dengan menyediakan sebanyak mungkin bahan bacaan positif berupa buku-buku dan majalah . Informasi melalui jalur audio dapat dipenuhi dengan menggandakan rekaman ceramah dan pengajian yang bersifat motivasional. “Suara Muhammadiyah” saya kira bisa dikembangkan menjadi majalah tuntunan beragama yang bisa menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin beragama dengan baik dan benar.
Dengan demikian, pola pembinaan menjadi sederhana: ajak ikut pengajian dan kursus agama, hidup berjama’ah, membaca bacaan positif dan dengarkan kaset/rekaman, ikuti perkaderan dan pelatihan muballigh, maka mereka akan berlari menuju pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Ibarat perjalanan menuju puncak gunung, kita cukup menunjukkan di mana puncaknya, peta perjalanannya, dan memastikan mereka telah melangkah dengan benar.
Wallahu a’lam.