Karakter Pemimpin Muda Bangsa

Marak beredar berita bahwa Indonesia dalam waktu
dekat ini akan mengalami perubahan. Indonesia yang masih menjadi negara
berkembang akan berubah menjadi bangsa yang besar mengalahkan Jepang, Amerika
Serikat, bahkan Eropa. Hal ini didasarkan oleh pendapatan PDB Indonesia yang
semakin tahun semakin meningkat. Selaras dengan itu, bonus demografi pemuda
atau usia produktif yang akan lebih besar daripada orang tua, berupaya
membenarkan pendapat para ahli tersebut. Tentunya ini membuat semangat bagi
para pemuda untuk membuktikan kembali pilar-pilar sumpah pemuda yang terdiri
dari bangsa, tanah air, dan bahasa Indonesia. Gagasan dan ide-ide baru untuk
keluar dari masa penjajahan ide, penjajahan kreatifitas harus
ditumbuhkembangkan kembali. Kejayaan Indonesia yang mulai melempem dirasakan
bersama dengan waktu yang bergulir harus kembali direnyahkan dalam butir-butir
keringat kreatifitas yang akan membentuk karakter bangsa itu sendiri.
Belajar dari Kebangkitan Ekonomi Korea Selatan

Korea Selatan di tahun 1960-an kedudukannya masih
sama dengan Indonesia. Dari perekonomian yang rendah sampai pemimpin di bawah
rezim militer yang otoriter pernah melanda negeri gingseng tersebut. Namun
sekarang, mata dunia telah beralih ke Korea Selatan yang sebelumnya hanya melihat
ke Jepang dengan teknologinya yang menguasai dunia. Korea Selatan dengan
perusahaan Samsung-nya telah menghancurkan industri ponsel genggam milik Nokia
dan Blackberry. Padahal di era 2000 sampai 2010-an ponsel merek tersebut masih
menguasi dunia. Di bidang elektronik, perusahaan besar asal Korea Selatan
tersebut hanya bersaing dengan Apple, perusahaan yang dibuat oleh Steve Jobs
dengan semboyan “Think Different”.
Selain itu, produk mobil Hyundai juga mulai merangsek naik menggeser
produk-produk mobil unggulan seperti Honda dan Toyota. Korea Selatan dapat
berubah menjadi negara sebesar seperti sekarang ini tidak terlepas dari keran
kreatifitas rakyatnya yang terus terbuka dan menghilangkan mindset sebagai pengguna dan menggantinya sebagai pembuat. Korea
Selatan bukanlah negara dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah seperti
Indonesia, namun dalam 4 dekade terakhir kenaikan PDB Korea Selatan mencapai
400 kali lipat dari USD 2,3 miliar di tahun 1966 menjadi USD 930 miliar di
tahun 2008, dan sampai sekarang pun masih terus naik. Kesuksesan Korea Selatan
juga tidak lepas dari pembangunan karakter dan kebangsaan rakyatnya. Jiwa entrepreneurship, profesionalisme,
pengelolaan utang luar negeri yang baik, pemerintahan yang relatif bebas korup,
makroekonomi yang bersinergi, dan kondisi sosial dan politik yang relatif bebas
dari konflik adalah karakter-karakter yang ditumbuhkembangkan di Korea Selatan.
Rakyat Korea Selatan pun menguasai beberapa faktor penting kemajuan suatu
negara, seperti  penguasaan bahasa asing,
dan penguasaan teknologi dengan menyediakan fasilitas bagi investor asing untuk
menjalin kerja sama dengan negara tersebut. Selain itu kemauan belajar
rakyatnya yang tinggi, meniadakan eksklusifitasan negara tidak seperti Jepang
yang masih sibuk dengan prestise bahwa mereka bangsa yang besar sehingga tidak
perlu belajar dengan negara lain, atau orang asing yang harus menguasai bahasa
mereka untuk belajar disana. Korea Selatan sendiri lebih suka menggabungkan
antara budaya barat dan timur untuk menarik pangsa pasar. Gelombang K-Pop dan
Film Korea sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Fenomena boyband ataupun girlband
benar-benar sukses sebagai media promosi produk-produk yang akan dijual oleh
bangsa tersebut. Kesuksesan tersebut pun tidak lepas dari budaya kerja keras
dan etos kerja yang tinggi. Ada suatu anekdote yang tepat untuk negara Korea
Selatan (Korsel), ketika negara lain tidur, maka Korsel bangun. Ketika negara
lain bangun, maka Korsel  berjalan.
Ketika negara lain berjalan, maka Korsel berlari. Oleh sebab itu wajar saat ini
Korsel mampu menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-4 di bawah
Jepang, China, dan India padahal dahulu mereka negara miskin yang dianggap
Amerika Serikat tidak berkembang sama sekali.
Belajar Riset
dari India

India merupakan salah satu negara yang berperan
penting dalam pengaruh peradaban dunia. Sejak 2600 tahun sebelum masehi,
peradaban India telah diwarnai dengan perdagangan di Lembah Indus dan
Mesopotamia. Tetapi, walaupun dikenal sebagai bangsa pedagang, kehidupan rakyat
India hampir sama dengan Indonesia. Konflik antar kelompok dan agama, korupsi,
otoriter, dan masalah kemiskinan pernah melanda negara dengan jumlah penduduk
terbesar ketiga setelah China dan Amerika Serikat ini. India yang dulu hanya
terkenal dengan film Bollywood-nya, sekarang berubah menjadi negara yang mampu
mengekspor kendaraan bermotor, farmasi dan kimia. Hal tersebut tidak terlepas
dari sifat leadership dari para ilmuwan India yang ketika muda mereka belajar
ke luar negeri, bekerja di perusahaan multinasional dan ketika sudah matang
kembali ke India untuk membangun India. Mereka yang kembali ke India, membawa
perubahan besar-besaran untuk investasi penelitian di bidang teknologi, farmasi,
maupun kimia. Para ekonom dunia pun telah memprediksikan perekonomian dunia
akan pindah ke negara ini untuk masa yang akan datang. Bonus demografi negara
ini juga hampir sama dengan Indonesia, dimana usia produktif lebih banyak
diandingkan usia non produktif. Bahkan saat ini India merupakan negara dengan
hak paten terbanyak di dunia, karena pemuda-pemudanya didorong untuk berkarya.
India yang merupakan negara dengan kekuatan ekonomi ke-3 Asia, produknya mulai
membanjiri pasar-pasar Amerika Serikat dan Asia.
Belajar Kerja
Keras dari China

Republik Rakyat China merupakan negara dengan
penduduk terbesar di dunia. Lebih dari 1,5 miliar penduduknya menimbulkan
masalah kesejahteraan terhadap rakyat-rakyatnya. Bahkan selaras dengan
perkembangan zaman, China sudah terpecah menjadi beberapa negara seperti Taiwan
dan Hongkong. Negara ini pun terkenal dengan negara penganut paham komunis.
Tetapi mindset kerja keras-lah yang membuat China memiliki footprint sejak tahun 1229 ketika penaklukan oleh Mongol untuk
memajukan perdagangan di China. China pun hampir sama dengan India dalam hal
investasi di bidang riset. China pun pernah menjadi negara miskin karena
banyaknya permasalahan yang dihadapai terutama rakyatnya yang sangat banyak.
Namun kini, seluruh dunia melihat China sebagai negara pesaing yang sangat menakutkan.
Produk-produk China di bidang manufaktur, elektronik, makanan, dan garmen
membanjiri pasar dunia, termasuk Indonesia. Apalagi dengan sistem perdagangan
bebas yang membuka keran produk-produk China membanjiri pasar dalam negeri,
mematikan industri dalam negeri. Oleh karena itu, banyak pengamat yang tidak
setuju dengan adanya perdagangan bebas untuk Indonesia. Sebab dapat diprediksi
industri dalam negeri tidak akan mampu melampaui produkproduk China yang
harganya relatif murah. Seperti yang disebutkan di atas, budaya dan mindset kerja keras menjadi karakter
dari bangsa ini. Mental pembuat bukan pengguna juga menjadi mental bangsa ini.
Bangsa China dikenal sebagai bangsa pekerja keras yang suka mengelilingi dunia.
Di Indonesia sendiri, ras China menjadi kaum borjuis yang menguasai
perekonomian. Tentunya ini tidak terlepas dari warisan karakter dari nenek
moyang bangsa China sendiri yaitu sebagai bangsa pekerja keras. China yang
memiliki jaringan luas di seluruh dunia membuat negara ini juga mudah menembus perundingan-perundingan
yang terkadang menyulitkan. Artinya memang konsep bersatu bersinergi juga
diterapkan oleh bangsa besar ini. Menurut Peter Engardio seorang penulis
Business Week, China bersama India akan menjadi pemeran utama dalam perubahan
perekonomian dunia. Mulai dari collapse-nya
negara-negara Eropa sampai pertumbuhan pesat teknologi di China dan India
menjadi salah satu indikator utama bahwa kedua negara ini akan menjadi negara
yang sangat besar menggeser kekuatan ekonomi yang sedang berkembang saat ini.
Indonesia
Memiliki Sejarah yang Panjang

Nusantara merupakan nama sebelum Indonesia. Di zaman
Kerajaan Majapahit, nama Nusantara dikenal sampai seluruh dunia. Janji patih
Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara terbukti dan Nusantara benar-benar menjadi
bangsa yang besar dan dikenal dunia. Selain itu ada pula Kerajaan Sriwijaya
yang memiliki kekuatan maritim yang sangat besar yang mampu melemahkan nyali
pesaing-pesaingnya. Pada dasarnya Indonesia memang sudah memiliki modal sebagai
bangsa yang besar. Bahkan ketika masuknya Islam ke Indonesia membawa
nilai-nilai kemanusiaan yang menghapuskan sistem kasta yang berkembang
sebelumnya. Islam yang menjadikan wajah bangsa Indonesia menjadi sopan, santun,
dan ramah telah menginternalisasi dan sempat menjadi karakter bangsa ini. Dengan
berkembangnya sistem kerajaan di Indonesia tempo dulu, sesungguhnya Indonesia
telah memiliki banyak pemimpin di setiap daerah. Namun sayang, mereka
menjadikan kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain sebagai musuh. Bahkan
ada pula yang terjebak dalam politik adu domba penjajah untuk memecah belah bangsa
Nusantara waktu itu. Di era penjajahan, Indonesia pun memiliki tokoh-tokoh
besar yang selalu menginspirasi rakyat untuk mencapai kemerdekaan yang hakiki.
Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Teuku Umar dan lain
sebagainya merupakan nama-nama pahlawan yang pernah mengisi daftar para pejuang
melawan rakusnya VOC (Belanda) yang ingin menguras habis Sumber Daya Alam milik
Indonesia. Mereka memiliki satu visi untuk melawan penjajah, dan menyampingkan
perbedaan. Sampai di tahun 1900-an mulai muncullah cendikiawan-cendikiawan muda
bangsa yang peduli dengan nasib bangsa Indonesia untuk di hari yang akan
datang. Hingga melahirkan pemimpin-pemimpin besar seperti yang kita kenal,
Soekarno ataupun Moh. Hatta. Bahkan di era ini, dikenal banyak tokoh yang
sampai saat ini masih dikenang sebagai pahlawan yang mengusahakan kemerdekaan
Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari keinginan dan mimpi yang kuat untuk
merdeka dan beranjak dari bangsa yang bodoh menjadi bangsa yang besar. Soekarno
pernah memberikan quote yang sampai
saat ini masih kita kenang, yaitu Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan
sejarah. Satu quote tersebut
sesungguhnya tidak hanya sebagai ucapan belaka, tetapi menjadi pengingat bagi
kita untuk selalu belajar dari masa lalu.
Pemimpin
Berkarakter


Indonesia tentunya harus belajar dari negara-negara
yang awalnya disebut negara miskin seperti di atas, yang kemudian berubah
menjadi kekuatan ekonomi baru yang cukup diperhitungkan di dunia, bahkan
diprediksi akan menggantikan kekuatan ekonomi yang telah berjaya saat ini.
Kedisiplinan, kerja keras, dan kemauan untuk belajar yang tinggi merupakan
salah satu kunci dari keberhasilan negara-negara tersebut mengelola negerinya.
Serta sifat kepemimpinan dan nasionalisme para ilmuwannya yang rela meninggalkan
kehidupan nyaman di luar negeri untuk kembali berjuang membangun negeri yang
melahirkannya. Itu semua adalah karakter yang dibangun di atas cita-cita yang
selalu mereka impikan sejak lama. Negara-negara tersebut layak disejajarkan
dengan Indonesia di era 1940 sampai 1980an, namun kini tidak layak lagi karena
mereka lebih dahulu maju dibandingkan Indonesia. Untuk mencapai kedudukan
negara yang dapat dipandang dunia dibutuhkan sebuah karakter yang sesuai dengan
kredibilitas para pemimpin negeri ini. Semangat Soekarno, Jendral Soedirman,
Bung Tomo dalam menggelorakan kemerdekaan harus ditumbuhkan kembali.
Kemerdekaan dari kemalasan dan mental pengguna atau konsumer. Melonjak naik
selaras dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia dan sisa Sumber Daya
Alam yang sudah kering dikeruk oleh asing. Menumbuhkan jiwa-jiwa kepemimpinan
para saintis yang telah disekolahkan ke luar negeri untuk kembali membangun
Indonesia. Kemudian dukungan pemerintah untuk investasi besar-besaran demi
kreatifitas anak bangsa. Fenomena PT Dirgantara Indonesia sampai mobil Taxuci
yang merupakan karya asli anak Indonesia harus terhenti oleh
kepentingan-kepentingan yang tak beratnggung jawab. Sehingga pemimpin yang
bersih dari korup-pun menjadi indikator keberhasilan suatu negara keluar dari
jurang kegelapan/kemiskinan. Lagi-lagi itu semua kembali pada masalah karakter
yang dibangun oleh bangsa ini. Ada sebuah pepatah mengatakan ketika kita tidak
memiliki uang, kita hanya kehilangan sesuatu, sedangkan ketika kita kehilangan
karakter maka kita akan kehilangan segalanya.

Setiap anak yang lahir di Indonesia menanggung
hutang negara kurang lebih sekira 7 jutaan. Angka fantastis untuk negara
berpenduduk 236 juta jiwa ini. Budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
dibangun bertahun-tahun di era otoriter, terus diwariskan sampai sekarang.
Bahkan suatu hal yang dulu dianggap mulia (politik) kini menjadi hal yang
sangat dibenci dan disampingkan oleh sebagian orang di Indonesia. Kesan
pencitraan dan harapan palsu sudah menjadi makanan sehari-hari rakyat yang
membuat mereka muak dengan segala bentuk orasi yang dilakukan oleh politisi.
Inilah hal yang dikhawatirkan bangsa ini kedepannya. Disaat orang-orang
pengkritik jumlahnya lebih sedikit daripada orang-orang yang turun tangan
mengurusi bangsa ini. Oleh karena itu pemimpin muda berkarakter-lah yang
dibutuhkan Indonesia kedepan. Bukan orang-orang yang pintar tetapi hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri.
Mahasiswa merupakan tempat pembentukan karakter
tersebut. Di zaman Habibie dengan programnya menyekolahkan mahasiswa pintar
keluar negeri, ternyata membuat mahasiswa tersebut asyik hidup di luar daripada
setelah lulus kembali ke Indonesia untuk membangun Indonesia supaya lebih baik.
Mereka mungkin dapat disebut pintar tetapi mereka tidak memiliki cukup jiwa
pemimpin. Pembangungan karakter pemimpin tersebut sangat tepat ditujukan pada
mahasiswa karena akses informasi dan ilmu yang diperoleh. Selain itu, kegiatan
kampus ataupun organisasi-organisasi yang diikuti menjadi wadah bagi mahasiswa
untuk membentuk semua itu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hanya sekian
persen kemampuan akademik dibutuhkan ketika pasca kampus. Sisanya adalah softskill seperti kemampuan
berkomunikasi, kemampuan memimpin dan kemampuan-kemampuan lain yang tidak
didapat saat kuliah. Oleh karena itu, pentingnya berorganisasi bagi calon kader
pemimpin bangsa yang berkarakter. Pemimpin muda berkarakter adalah mereka yang
kredibel mempunyai mental melimpah, integritas yang tinggi, dan kematangan
dalam segi akademik maupun non akademik. Mahasiswa sebagai kader penyuplai para
pemimpin muda masa depan tentunya harus selesai dengan urusannya sendiri
sebelum menjadi seorang yang mempunyai visi kedepannya.
Mimpi, rencana, dan aksi merupakan satu kesatuan
demi terwujudnya visi Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Prediksi para
ahli dapat menjadi benar bahwa Indonesia akan kembali menjadi macan Asia,
ketika kita para pemuda menghasilkan sesuatu untuk kemajuan bangsa. Keran
kreatifitas, inovasi, dan kritis harus terus dibuka demi terwujudnya pemikiran
yang dinamis. Optimisme sebagai bangsa yang besar akan menjadi kenyataan.
Ketika semua pemuda bergerak, maka tinggal menunggu waktu saja Indonesia akan
menjadi bangsa yang maju. Sebagai penutup, ada sebuah kutipan puisi yang
menjadi refleksi mengapa kita harus memikirkan Indonesia dan berperan sebagai director of change.
……………..
Ada
seberkas kecil cahaya
Memancar
ke luar dan rasanya makin membesar
Ada
bahagian tak tampak dari wajah bangsa
Tak
banyak disebut dalam koran, sosok tak tampak di media massa
Yang
tetap bekerja keras melakukan tugasnya
Petani-petani
di desa yang mensubsidi harga nasi orang kota
Buruh
yang bergaji rendah tapi tetap saja bekerja
Guru-guru
yang mengajarkan ilmu dengan setia
Birokrat
yang bersih, tak sudi diperciki noda
Penegak
hukum yang masih rapi nuraninya
Melarat
semua hidupnya, sangat bersahaja
………………………

 (Karya Taufiq Ismail berjudul “Setelah 68
Tahun Kita Merdeka)



Achmad Nurudin
Ketua PC IMM Bogor