Muhammadiyah Matangkan Standarisasi 220 Ponpes

Sangpencerah.id – Pondok pesantren (ponpes) merupakan sebuah bentuk institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia yang memiliki ciri khas. Dewasa ini, pesantren sudah banyak berkembang dan menyesuaikan dengan pendidikan modern dimana salah satunya adalah ponpes yang dikelola oleh Muhammadiyah.

Untuk memberikan panduan bagi ponpes Muhammadiyah tersebut, Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren (LP3) PP Muhammadiyah menggelar Rakornas (Rapat Kerja Nasional) Pesantren Muhammadiyah. Gelaran tersebut diadakan pada Sabtu (11/8) dan Ahad (12/8), di Ruang Auditorium Gedung KH Ibrahim, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Rektor UMY, Gunawan Budiyanto, menyampaikan untuk mencapai tujuan dari pendidikan pesantren Muhammadiyah perlu dibentuk standardisasi sebagai pedoman. Mengingat, jumlah ponpes Muhammadiyah terus bertumbuh, saat ini ada sebanyak 220 Muhammadiyah Boarding School (MBS) yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Oleh karena itu perlu dibentuk patokan-patokan yang dapat digunakan sebagai parameter agar sebagai institusi pendidikan MBS dapat terstandardisasi. Ini dilakukan baik untuk kurikulum ataupun dari managerialnya,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu,  Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas menyebutkan meski ponpes menyesuaikan dengan pendidikan modern, tapi ponpes tidak boleh kehilangan ciri khasnya. Yunahar menyebutkan ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pendidikan ponpes.

“Pertama adalah adanya kiai, meskipun dalam Muhammadiyah istilah ini jarang digunakan namun ia sangat lekat dengan ponpes. Definisi dari Kiai ini adalah seseorang yang alim dan menetap, karena itu di ponpes harus ada figur yang alim dan bisa menetap untuk menjadi pedoman dan memberikan pedoman bagi santrinya,” kata dia.

Kedua, yakni pengajaran bahasa Arab. “Ponpes harus memberikan pendidikan bahasa Arab yang mencakup 4 tingkatannya. Yaitu kemampuan untuk mendengar, membaca, menulis, dan berbicara dengan bahasa Arab,” ungkapnya.

Rakornas mengangkat tema ‘Pesantren Muhammadiyah Mandiri dan Berkemajuan’. Diskusi yang dilakukan mencoba untuk mengekplorasi potensi keunggulan dari ponpes Muhammadiyah dan menyempurnakan draf Buku Panduan Pesanten Muhammadiyah. Selain itu, rakornas ini juga membahas peran ponpes sebagai pusat kaderisasi.