Hari Jumat, Surat Kahfi, dan Pemilihan Presiden

Hari Jumat bagi umat Islam adalah hari yang mulia. Disebut dengan sayyidul ayyam. Banyak peristiwa besar terjadi pada hari tersebut. Juga terdapat berbagai amalah sunnah, selain tentunya kewajiban menjalankan shalat Jumat berjemaah.

Salah satu amalan yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah membaca surat Al Kahfi. “Barang siapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari di antara dua Jumat.” (HR An Nasai dan Baihaqi).

Karena itu, sudah pasti banyak umat Islam yang membaca surat ke-18 dengan 110 ayat dan diturunkan di Makkah (surat makkiyah) tersebut.

Namun khusus untuk hari ini-dan semestinya pada setiap kesempatan-kita tidak hanya sekedar membaca. Tapi kita juga harus mengerti dan paham apa makna dan kandungan ayat-ayat dalam surat tersebut. Apalagi sangat banyak ayat yang memerintahkan untuk mentadabburi Al Quran.

Saat ini tidak ada lagi alasan untuk tidak mengetahui apa arti dan makna dari ayat-ayat Al Quran. Karena Al Quran sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia bahkan ke berbagai bahasa daerah. Kitab-kitab tafsir juga demikian. Bahkan sudah banyak mufassir yang berasal dari Indonesia sendiri.

Berbeda mungkin dengan pada masa abad lalu. Belum ada penerjemahan Al Quran ke dalam bahasa Indonesia. Umat Islam hanya bisa membaca tapi tidak tahu apa arti dan maknanya.

Inilah yang dikeluhkan RA Kartini seperti disampaikannya dalam surat kepada teman Belandanya, E.H. Zeehandelaar, ter tanggal 6 November 1899.

“Bagaimana saya mencintai agama saya kalau saya tidak mengenalnya? Tidak boleh mengenalnya. Al Quran terlalu suci diterjemahkan dalam bahasa apapun juga. Disini orang juga tidak tahu Bahasa Arab. Disini orang diajari membaca Al Quran, tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Saya menganggap hal itu pekerjaan gila; mengajari orang membaca tanpa mengajarkan makna yang dibacanya,” tulis tokoh emansipasi wanita tersebut.

Beruntung dalam perjalanannya, RA Kartini bertemu dengan KH Soleh Darat dan meminta sang Kiai untuk menjelaskan kandungan ayat Al Quran yang diajarkan. Permintaan ini kemudian yang mendorong sang kiai untuk menerjemahkan Kitab Suci tersebut.

Mengetahui arti dan kandungan surat Al Kahfi dalam konteks saat ini sangat tepat. Karena Al Quran yang diturunkan sebagai bimbingan kepada umat Islam (QS Al Kahfi: 2) langsung dijadikan sebagai panduan dalam memilih pemimpin, terutama dalam konteks Indonesia, yang pada hari Jumat ini, dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum.

Ayat-ayat dalam Surat Al Kahfi yang kita baca dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan pilihan, apakah memilih pasangan Joko Widodo-KH Maruf Amin atau Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.

Dalam surat Al Kahfi ini diabadikan kisah seorang raja yang saleh yang mendapat petunjuk dari Allah SWT. Yaitu Raja Zulqarnain. Dalam Al Quran Surat Al Kahfi ayat 83-99, Allah menceritakan bagaimana kriteria dan cara Raja Zulqarnain dalam menggerakkan roda kekuasaan.

Setidaknya terdapat tujuh kriteria kepemimpinannya. Pertama, menegakkan hukum dengan tegas dan adil (87-88). Kedua, turun langsung untuk mengetahui persoalan masyarakat (90). Ketiga, bisa berkomunikasi dengan baik, meski bahasa rakyat sulit untuk dipahami (93). Keempat, tidak bersedia menerima imbalan dari rakyat. (95). Kelima, visioner mempunyai ide dan pemikiran untuk memberikan solusi terhadap persoalan rakyat (95). Keenam, mampu menggerakkan rakyat untuk bersama-sama mencapai visi-misi sang pemimpin (96).

Dengan ide cemerlang dan kerja sama yang digerakkan Raja Zulkarnain bersama rakyat akhirnya berhasil membuat dinding penghalang sehingga Yakjuj dan Makjuj tidak bisa keluar karena tidak dapat mendaki dan melubanginya. Ciri terakhir, dengan semua keberhasilan kepemimpinannya tersebut, Raja Zulkarnain tidak berbangga diri. Karena semua karunia dari Allah (98).

Demikianlah kriteria kepemimpinan Raja Zulkarnaen, yang kesuksesannya dalam memimpin diabadikan dalam Al Quran.

Mulai hari ini sampai waktu pencoblosan pada 17 April 2019 mendatang, kita harus menimbang-nimbang calon mana dari kedua pasangan tersebut yang memiliki kriteria atau minimal mendekati kriteria kepemimpinan yang dimiliki oleh Raja Zulkarnain. [***]

Rawa Kalong, Jumat 10 Agustus 2018

Zulhidayat Siregar