IMM Jawa Barat Dorong Immawan Robby sebagai Calon Formatur DPP IMM

SangPencerah.id – DPD IMM Jawa Barat secara resmi mendorong Immawan Robby Rodliyya Karman untuk menjadi tim formatur DPP IMM periode 2018-2020. Hal ini disampaikan oleh Zaki Nugraha selaku ketua umum DPD IMM Jawa Barat. Keputusan tersebut disepakati oleh seluruh PC IMM Se-Jawa Barat yang berjumlah 16 cabang. Seperti yang diketahui bahwa pada tanggal 1-6 Agustus 2018 akan dilaksanakan Muktamar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang.

“Pada muktamar XVIII di UMM nanti, DPD IMM Jawa Barat siap mengawal materi dan isu strategis yang akan dibahas pada muktamar nanti. Untuk suksesi kepemimpinan IMM Jawa Barat juga akan mengusung kader terbaik yakni Immawan Robby. Insya Allah kader yang kami usung bisa membawa perubahan bagi DPP IMM ke depan.” Ujar Ibadi Rahman sekretaris umum IMM Jawa Barat.

Tim redaksi Sang Pencerah berkesempatan melakukan dialog dengan Immawan Robby. Berikut hasil wawancara kami:

T : Assalamualaikum Mas Robby

J : Waalaikumsalam

T : Kalau boleh tahu sejak kapan aktif di IMM mas?

J : Saya alhamdulillah aktif di IMM sejak tahun 2011, ketika awal masuk kuliah di STEI Tazkia Bogor. Sebelum aktif di IMM saya aktif di Ranting IPM Darul Arqam. Hanya saja di IPM karir saya berhenti di ranting, karena di pesantren saya waktu itu yang aktif di PD IPM adalah santri-santri yang berani “memberontak” kepada pondok, sementara saya anak kesayangan pondok. Akhirnya saat kuliah saya memutuskan mencari IMM, eh ketemu di IPB. Dari sanalah saya mulai aktif di IMM.

T : Oh, menarik juga ceritanya. Bisa diceritakan juga perjalanan selama ber-IMM mas?

J : Pada awalnya saya mengikuti kajian yang diadakan oleh IMM IPB, namanya waktu itu KARI, Kajian Rutin Ikatan. Dilaksanakan setiap malam minggu, makanya kadang IMM suka dipelesetkan jadi Ikatan Malam Mingguan. Lalu saya diajak DAD oleh senior di Ciwidey, panitianya PC IMM Kab. Bandung. Setelah itu saya coba adakan kegiatan di kampus saya sendiri, dengan mengaktifkan kembali komisariat yang sempat vakum. Namun karena waktu itu minim kader, saya disuruh juga untuk aktif di PC IMM Bogor. Saya diamanahi sebagai bidang kader, oleh karena itu saya ikut LID di PC IMM Ciputat tahun 2012. Sebagai anak muda waktu itu rasa penasaran dan ingin tahu saya juga besar, saya kemudian berkesempatan ikut Baret Merah angkatan 8 di Sukoharjo tahun 2012. Saya baru ikut DAM tahun 2014 yang diadakan oleh PC IMM Sleman. Tahun 2015 diselenggarakan Musyda DPD IMM Jabar. Saya kemudian terpilih menjadi ketua umum sampai tahun 2017. Di awal tahun 2017 saya mengikuti DAP di Palembang. Saat turbulensi IMM kemarin saya sempat bergabung di DPP IMM, walau karena kebijaksanaan ayahanda PP Muhammadiyah, saya kembali menjadi anggota biasa hehe. Yang saya sesali perkaderan instruktur saya baru sampai LID, karena setiap kali mau ikut LIM ada saja kendalanya.

T : Berarti sudah 7 tahun ya aktif di IMM. Kalau aktifitas sekarang apa mas?

J : Aktifitas utama saya sekarang adalah tenaga pendidik di ‘Aisyiyah Boarding School Bandung, pesantren khusus putri di bawah naungan PW. ‘Aisyiyah Jawa Barat. Saya juga mengajar di MBS Syamsul Ulum pesantren di bawah naungan PCM Ujung Berung. Saya masih menjadi mahasiswa semester 3 pascasarjana UIN SGD Bandung jurusan ekonomi syariah. Saya juga menjadi sekretaris LAZISMU Jawa Barat.

T : Waduh, banyak sekali itu aktifitasnya mas? Nanti kalau sudah di DPP IMM bagaimana?

J : Hahaha. Ya tentu harus ada yang diprioritaskan ya mas. Saya akan tinggalkan beberapa aktifitas tersebut yang memang harus ditinggalkan, namun tentu saja perlu etika dan proses. Jadi tidak tiba-tiba kalau saya aktif DPP IMM langsung resign dari semuanya, ada prosesnya lah. Dan tentu saja perlu waktu juga.

T : Kenapa mas Robby memutuskan untuk jadi calon formatur? Apa gagasan yang mas Robby bawa?

J : Pertama secara administratif saya memenuhi syarat, kedua saya didorong oleh kawan-kawan dan ketiga bagi saya IMM ini adalah lahan ibadah dan dakwah. Salah satu syarat calon formatur adalah menuliskan makalah visi dan misi. Saya menulis sebuah makalah berjudul, IMM sebagai katalisator Indonesia Maju dan Berkeadilan. Itu visi gerakan saya. Adapun misi saya yakni optimalisasi IMM sebagai wadah perkaderan dan gerakan sosial baru. Misi saya ini sejalan dengan tujuan IMM yang terdapat dalam AD/ART.

T : Seperti yang kita tahu kemarin kan IMM dilanda konflik yang cukup serius dalam internal pengurusnya. Bagaimana mas Robby menyelesaikannya?

J : Saya ini orangnya gak suka konflik, gak suka punya musuh. Alhamdulillah saya tidak punya masalah secara personal dengan siapapun di DPP IMM. Tinggal selanjutnya yang harus dilakukan adalah upaya rekonsiliasi, saling terbuka antar kepentingan yang ada. Idealnya sebuah organisasi harus dilandasi dengan kesepakatan atau ittifaq, namun ketidaksepakatan atau perbedaan pendapat adalah niscaya. Yang penting perbedaan pendapat ini harus menjadi ikhtilaf (perbedaan) jangan iftiraq (perpecahan). Ikhtilaf akan semakin memperkaya dan menjadikan organisasi dinamis. Sementara iftiraq akan menghancurkan sebuah organisasi.

T : Pertanyaan terakhir mas, tahun 2019 kan ada pileg dan pilpres. Bagaimana sikap IMM terhadap dinamika di tahun politik yang kelihatannya akan semakin memanas?

J : Soal ini sudah sangat jelas dalam poin ke-4 deklarasi setengah abad, bahwa IMM independen terhadap politik praktis. Adapun kader-kader yang memang punya ghirah politik tinggi dipersilahkan terlibat aktif dalam politik dengan tidak membawa-bawa organisasi. Keterlibatan kader IMM dalam politik juga mesti mewarnai bukan malah diwarnai oleh sistem yang ada. Adapun kader-kader yang ghirahnya lebih kepada intelektualitas atau religiusitas ya fokus disana saja, gak perlu latah ikut-ikutan berpolitik hanya karena orang sedang ramai berpolitik.

T : Terima kasih mas atas wawancaranya.

J : Iya mas, sama-sama.