Wawancara : Kader Harus Lebih Diperhatikan Kebutuhan Spiritualnya

Beberapa hari ini bangsa kita sedang diuji oleh Allah Swt. melalui beberapa peristiwa. Insiden mako brimob dan insiden teror gereja Surabaya. Namun di tengah dua peristiwa tersebut, ada satu peristiwa lagi yang membuat kita miris, khususnya sebagai kader Muhammadiyah. Yaitu tertangkapnya dua anak muda yang akan melakukan penusukan kepada polisi. Salah satu anak muda mempunyai KTA IPM.

Menanggapi hal tersebut, seperti yang dilansir oleh website resmi PP IPM, Velandani selalu ketum PP IPM mengatakan bahwa pertama ingin mengetahui dulu motif pelaku. Jika telah diketahui motifnya maka Velandani menyerahkan sepenuhnya pelaku kepada proses hukum. Velandani menilai ada kejanggalan pada KTA karena ditandatangani oleh PD IPM, padahal harusnya KTA ditandatangani langsung oleh PP IPM. Yang jelas Andan menegaskan bahwa IPM sama sekali tak oernah mengajarkan ideologi kekerasan.

Untuk mengeksplor kembali topik ini, maka wartawan sangpencerah berkesempatan melakukan wawancara dengan Robby Karman yang sekarang menjabat sebagai kabid. Tabligh dan Kajian Keislaman DPP IMM periode 2016-2018. Berikut petikan wawancaranya.

T : Assalamualaikum Mas Robby, senang bisa bertemu dan berbincang.
J : Waalaikumsalam mas, senang juga bisa bertemu.

T: Begini mas, kami ingin meminta komentarnya soal pelaku yang akan melakukan penusukan anggota brimob. Kabarnya mempunyai KTA salah satu ortom. Bagaimana menurut mas?
J : Kalaupun itu benar, saya pribadi tidak kaget. Sebelum kejadian ini saya beberapa kali menemukan cerita dari kasus yang sama. Bahkan kawan saya mengalami sendiri bahwa kawannya di ortom tiba-tiba pemikirannya jadi penganut ISIS. Tapi ya mudah-mudahan kali ini ternyata salah.

T : Wah, kira-kira apa ya penyebabnya sehingga ada kader yang bisa terpengaruh di luar ajaran resmi Muhammadiyah?
J : Hehe. Kamu jangan bilang siapa-siapa ya. Jujur loh, saya pas SMP dan SMA juga pernah tertarik sama pemikiran begitu. Kalau saya sebabnya adalah ghirah keagamaan dan buku atau majalah bacaaan. Ya zaman saya waktu itu belum ada medsos kayak hari ini. Hp juga masih jadi barang mewah.

T : Wow, gitu ya? Terus kok Mas Robby bisa jadi kayak sekarang? Keliatannya anti sama pemikiran Islam model begitu?
J : Ya untungnya saya hijrah, hehe. Saya juga punya mentor yakni orang tua dan ayahanda Muhammadiyah yang meluruskan saya pada waktu itu.

T : Oalah. Jadi menurut mas Robby yang mempengaruhi kader ikutan terorisme adalah ghirah dan buku bacaan?
J : Gini loh, masa remaja itu kan memang masa mencari jati diri dan krisis identitas. Banyak juga remaja yang terjerumus kepada miras, narkoba dan pergaulan bebas. Ini adalah remaja yang memang mempunyai semangat agama yang rendah. Namun sebaliknya bagi remaja yang punya semangat agama yang tinggi, jika salah memilih bacaan dan pengajian, rentan dijebak menjadi teroris.

T : Oh gitu ya. Lantas solusinya apa menurut mas Robby?
J : Menurut saya ortom seperti IPM, IMM, HW dan TS harus melakukan perkaderan dengan benar. Salah satu caranya adalah pemetaan kader, misalnya mana yang potensinya di bidang ngaji. Mana yang di olah raga dll. Setelah dipetakan lalu dipenuhi kebutuhannya. Saya lihat, ada beberapa fenomena dimana kebutuhan spiritual kader ortom tidak terpenuhi, akhirnya mereka mencari pengajian di tempat lain.

T : Loh bukannya di IPM dan IMM selama ini juga sudah banyak kajian keagamaan mas?
J : Ya memang benar di sebagian tempat. Walau di sebagian tempat lain masih kurang. Nah ada tantangan selanjutnya, tatkala sudah diadakan pengajian, ternyata masih kalah menarik dengan yang di luar. Maka akhirnya tetap saja kader lebih suka ngaji di luar Muhammadiyah. Ya mending lah kalau pengajian di luar itu anti kekerasan. Bagaimana kalau ternyata pengajian yg dipilih kader ini menghalalkan kekerasan? Nah ini repot bro.

T : Wah rumit juga ya. Berarti memang kita perlu mengadakan lebih banyak pengajian dengan konten yang menarik gitu?
J : Ya kurang lebih begitu. Untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya daripada dipenuhi oleh orang lain. Karena dalam aspek lain seperti politik, keilmuan dan ekonomi kelihatannya sudah dapat dipenuhi oleh ortom. Bukan hanya kajian, namun amalan sehari-hari seperti tadarus Quran, shalat dhuha, shalat tahajud harus dicoba dibudayakan kembali. Jangan anggap hal ini tradisi organisasi lain, ini tradisi Islam kok. Memang Muhammadiyah tradisinya baca satu ayat, lalu jadi amal saleh. Namun kalau tradisi tilawah quran sama sekali dihilangkan, jangan salahkan kalau kader mencarinya di luar.

T : Tapi begini mas Robby, ada yang takut kalau kita justru terpengaruh ideologi lain. Jadinya bukan kader yg mengaji keluar, namun kader yang membawa ideologi luar ke dalam ortom.
J : Hahaha.. Ya takut itu karena kita gak tau ilmunya. Kalau sudah tau ilmunya berhadapan dengan ideologi apapun ya santai saja. Maka dari itu kader juga harus diberikan pembekalan dan pengetahuan mengenai peta pemikiran Islam kontemporer. Agar gak kaget melihat banyaknya corak-corak pemikiran keIslaman hari ini. Agar juga bisa menilai kelebihan dan kekurangan masing-masing corak tersebut. Setelah itu maka kita akan percaya diri dengan Islam corak apapun, dan ideologi Muhammadiyah kita tak akan luntur.

T : Pertanyaan terakhir nih mas, kemarin saya baca di fb ada orang yang mengatakan bahwa kader Muhammadiyah itu lebih rentan menjadi teroris karena anti TBC. Bagaimana menurut mas Robby?
J : Halah, gak bener lah. Analisisnya kurang tepat. Ditinjau secara rasional dan empirik juga tidak tepat. Secara rasional pemahaman anti tbc adalah sebuah gagasan yang sah dalam penafsiran Islam. Dalam empirik selama ini kita tak pernah mengamalkan anti tbc dengan metode kekerasan. Jadi kekerasan yang terjadi memang karena faktor eksternal yang sudah menjadi gejala global.

T : Wah terima kasih Mas Robby atas bincang-bincangnya, lain kali kita akan coba membahas tema lainnya.
J : Siap mas, kontak saja. Sukses selalu.