Sisi Lain Haedar Nashir Yang Belum Banyak Diketahui

Oleh : Deni Al Asy’ari (Direktur Suara Muhammadiyah)

Walaupun memiliki tingkat aktivitas yang sangat tinggi, dan segudang pekerjaan keumatan, namun sosok Haedar Nashir tidak pernah lepas dari rutinitasnya untuk menulis.
Bisa dibilang, Haedar bukan saja ketua umum PP Muhammadiyah yang sekedar mahir bicara, namun juga sangat piawai dan telaten untuk menulis.

Bagi kebanyakan pejabat atau tokoh yang menduduki jabatan publik, jangankan untuk menulis, sekedar membagi waktu mengisi kegiatan pun sulit dilakukan. Bahkan, jika pun harus menulis, tidak sedikit dari tokoh publik maupun pejabat, yang karya tulisnya buah karya tulisan staf atau tim-nya.

Berbeda dengan sosok suami dari Ketua Umum Pimpinan Pusah Aisyiyah ini, semua karya tulisnya murni karya langsung olah pikir dan tulisnya. Dalam beberapa kesempatan, beliau sering menyampaikan, bahwa tulisan-tulisan yang atas nama saya (baca: Haedar), baik dalam bentuk buku maupun dalam bentuk artikel di berbagai media, semuanya adalah karya original saya. Bukan karya staff atau sekretaris, sebagaimana kebanyakan para pejabat, ungkapnya dalam salah satu forum.

Namun memang demikianlah kenyataannya. Tidak ada karya tulis beliau, yang dituliskan oleh orang lain. Bahkan beliau berprinsip, tidak boleh orang lain menuliskan sebuah karya atas nama beliau. Karena bagi Haedar, tulisan adalah wujud azali dari alam pikir dan eksistensi seseorang dalam memandang sebuah realitas di luar dirinya.

Hampir setiap hari, tidak ada waktu beliau absen dari menulis. Walau sesibuk apapun aktivitas yang beliau jalani. Kadang sambil menunggu pemberangkatan di ruang boarding, maupun waktu kosong di sela-sela menunggu tamu yang akan berkunjung menemui beliau, dan kadang kala di dalam pesawat, beliau selalu tampak lebih banyak menulis, ketimbang bicara.

Ketika ditanya, apakah tidak lelah menulis setiap hari? Jawaban beliau justru terbalik dengan kebanyakan orang, bahwa bagi beliau, dengan menulis, semakin membuat pikirannya semakin fresh, serta badanya semakin sehat dan kuat.

Tidak heran, jika hampir setiap saat, kita disuguhkan berbagai tulisan Haedar di media massa. Bahkan, di majalah Suara Muhammadiyah dan Koran Republika, Haedar tercatat sebagai penulis tetap. Sehingga setiap edisinya dan setiap Minggu, Majalah Suara Muhammadiyah dan koran Republika memuat karya tulis Haedar.

Bagi Haedar, menulis adalah jiwanya. Hal ini sudah terpatri sejak beliau menyandang status sebagai mahasiswa. ” saya sewaktu mahasiswa, sudah terbiasa menulis, dan mengirimkan setiap tulisan saya ke berbagai media massa”, ungkapnya

Kebiasaan Haedar untuk menuangkan ide dan gagasannya ke dalam tulisan, terlihat hingga sekarang. Tidak ada istilah istirahat apalagi berhenti dengan menulis.

Bagi kalangan Muda Muhammadiyah, yang masih aktif dan semangatnya ber-studi, sering kagum dan malu dengan sosok Haedar Nashir. Kanapa tidak, seorang Ketua Umum, yang begitu padat jadwalnya serta begitu banyak agendanya, namun masih bisa meluangkan waktunya untuk menulis. Sementara, bagi kami, anak-anak Muda yang masih segar dan longgar, sangat sedikit yang bisa meluangkan waktu untuk menulis.

Hingga saat ini, sudah tak terhitung karya ilmiahnya, baik dalam bentuk buku maupun dalam bentuk artikel yang kini bertebaran yang bisa dinikmati. Bahkan, tidak sedikit kalangan akademisi dan peneliti dalam negeri dan luar negeri, yang menjadikan tulisan-tulisan Haedar sebagai referensi.

Maka bagi aktivis dan penggerak literasi, khususnya di lingkungan Muhammadiyah, sudah saatnya, kita mengambil ibroh, dari sosok lain seorang Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020, dari ketauladanan beliau menghasilkan ribuan karya tulis.