PP Muhammadiyah : Tak Perlu Dorong Amien Rais ke Ranah Hukum

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr.Haedar Nashir

Sangpencerah.id – Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan apa yang disampaikan Amien Rais sepenuhnya masuk ranah politik dan tidak perlu dibawa ke ranah hukum. Kondisi ini dinilai bisa menyebabkan perpecahan antara anak bangsa menjelang pemilu.

“Saya melihat pernyataan Amien adalah bahasa verbal politik yang mengandung banyak simbol dan itu diperbolehkan dalam retorika politik,” kata Haedar Selasa 17 April 2018.

Meski hanya sekedar bahasa retorika, tapi memang terkadang masyarakat memaknai berbeda pesan yang ingin disampaikan. Salah satunya pemaknaan kata setan yang oleh masyarakat dimaknai setan beneran atau sesuatu yang berhubungan dengan ketidakbenaran.

Haedar melihat permasalahan utama dalam kasus ini adalah soal pemaknaan yang berbeda saja. Sehingga dia meminta masyarakat untuk bisa membedakan mana bahasa verbal dan bahasa simbol.

“Kasus ini sepenuhnya berada dalam ranah politik. Saran saya janganlah sering kali membawa kasus politik ke ranah hukum. Bisa dibayangkan jika kondisi terus berlanjut, permasalahan politik sekecil apapun akan diselesaikan lewat hukum. Ini membebankan aparat,” katanya.

Sebagai solusi permasalahan ini, Haedar meminta masyarakat untuk berpikir dewasa agar dinamika politik yang demokratis berlangsung sehat dan mematuhi koridor hukum dalam berkompetisi politik.

Jadi Haedar meminta, seharusnya memperkarakan seseorang itu berdasarkan ranah hukum yang berlaku bukan atas sengketa politik yang ada. Kasus Amien sepenuhnya berada dalam ranah politik.

Teladani Ahmad Dahlan

Sementara itu, tokoh muda Nadhatul Ulama (NU) DI Yogyakarta, Masyhuri, meminta Amien untuk kembali meneladani KH Ahmad Dahlan sosok panutan yang rendah hati dan dihormati umat Islam.

“KH Ahmad Dahlan dan para ulama terdahulu selalu bersikap bijak. Mereka berdakwah dengan cara-cara santun sebagai cerminan dari ajaran Islam yang ramah, bukan Islam yang gampang marah,” katanya.

Cara berdakwah dengan merangkul bukan memukul apalagi menjelek-jelekkan merupakan representasi kultur Mataram Islam yang identik dengan kultur masyarakat Yogyakarta yang mengedepankan sikap saling asah, asih, dan asuh. Bukan sebaliknya melontarkan pernyataan yang bisa memecah belah masyarakat dan bangsa ini.

“Sebagai orang yang dituakan Pak Amien sudah waktunya madeg pandhita. Kalau boleh disebut sebagai guru bangsa yang bisa ngayemi dan ngayomi sekaligus melindungi semua anak bangsa meskipun berasal dari partai politik yang berbeda-beda,” katanya.(viva)