Catatan Seorang Sahabat, “Mengenang Pendiri IMM, Djazman Al-Kindi”

Catatan : Sudibyo Markus

MENGENANG MAS DJAZMAN AL-KINDY

# Pathfinder, Founding Father IMM
# Mentor dan sahabat
# Hubungan interpersonal, pendampingan dlm praksis kata kunci sukses kaderisasi
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
“Pengalaman saya melaksanakan kaderisasi selama 54 th ber IMM dan ber-Muhammadiyah membuktikan, bahwa melaksanakan berbagai PRAKSIS diberbagai bidang dakwah dan amar makruf nahi munkar, adalah KUNCI keberhasilan kaderisasi”.

Mengikuti kursus DA berapa kali pun, tanpa terlibat dlm best practices berMuhammadiyah, tak ada gunanya. Itulah beberapa catatan awal ciri-ciri leadership Mas Djazman al Kindy dalam mendidik kader-kader awal IMM.

Hubungan interpersonal dan karya nyata. Berbekal kemampuan manajemen organisasi sebagai Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah, Mas Djazman tidak saja tidak saya menyampaikan pembinaan kader IMM dalam kursus :diskusi resmi, tapi juga melalui hubungan interpersonal yg masih demikian mudah dilaksanakan waktu itu. Tak segan beliau jalan kaki atau naik sepeda dan tiba-tiba muncul di kos-kosan kita. Ke tempat kos saya di Panembahan, ke kos pak Rosyad Sholeh, Amin Rais dan Syamsu Udaya Nurdin di Kauman, atau ke Immawati Haryanti Adisumarto di Rotowidjajan dan Maziyah Said lebih jauh dekat Paku Alaman. Bahkan ke asrama Pendidikan Dokter ADvdi Purwodinatan (300 m diseberang, Gedoeng Moehammadihah) karena ada Dr Hasan Zaini ( Kolonel CAD di Palembang) dan Dr Nur Mualimien (letkol CAD di Depok) yg tinggal disana.

# Praksis kemasyarakatan
Di ruang pojok depan Gedoeng Moehammadijah di Jl KHA Dahlan 99 itu kita intensif berinteraksi, sejak siapkan surat Undangan Pengajian Mahasiswa tiap Rabu malam, siapkan “Kebaktian Minggu Pagi” berupa Kuliah Subuh mahasiswa, pasang spandoek. Sampai pd persiapan Dekkarasi Pendirian IMM di Gedoeng Dwi Sata Warsa Alon alon Barat Jogja.
Banyak best practices kemasyarakatan yg kita laksanakan, dari mulai pengiriman Tim Kesehatan IMM ke setiap lokasi DA IMM diberbagai pelosok Jogja dan Klaten.
Bahkan ketika Munas IMM Banjarmasin, DPP IMM membawa Tim Dakwah & Kesehatan yg sebulan penuh menyusuri semua Kabupaten Kalsel sejak Banjarbaru hingga Amuntai dan Tanjung. Keterlibatan dalam best practices semacam ini menanamkan jiwa korsa dan kecintaan pada IMM dan persyarikatan.

#Perpaduan DA, komunikasi interpersonal dan praksis
Memang suasana geografis dan kultural Jogja awal 1960 memungkinkan pendekatan itu. Memang suasana kini yg didukung oleh kemajuan transpor dan komunikasi jauh berbeda,,tapi ttp berbagai elemen tsb ttp dapat ditrapkan dalam skala berbeda.

# Pathfinder dan founder IMM
Founder atau mendirikan organisasi itu tak sulit. Ada sejumlah orang, undang Notaris, jadilah organisasi itu. Tapi IMM sebagai anak dan produk sejarah perjalanan panjang Muhammadiyah perlu dan telah melalui PERINTISAN panjang.

Oleh karena itu tesis “IMM kelahiran yg dipertanyakan” (Fathoni) adalah tesis RABUN DEKAT, karena hanya menilai dan mengukur kelahiran IMM ditengah ancaman pembubaran HMI oleh Bung Karno pd th 1964-1965 (dua tahun) saja.

KHA Dahlan berpesan agar kita jadi dokter, insinyur, Mister in de Rechten (SH) dan kembalilah pada Muhammadiyah. Mimpi KHA Dahlan tersrbut diproses di Pemuda Muhamnadiyah dg membentuk Departenen Kemahasiswaan pd th 1957. Karena satu-satunya PTM waktu itu baru Akademi Tabligh Muhammadiyah (ATM) yg baru memiliki 20-30 mahasiswa. Dept kemahasiswaan PP Pemuda Muhamnadiyah inilah yg atas inisiatif Mas Djazman mendirikan PENGAJIAN MAHASISWA setiap Rabu malam dg peserta 30 orang, dan kuliah subuh mahasiswa yg rata-rata diikuti 75-100 peserta setiap hari Minggu pagi.
Mas Djazman sbg pathfinder merintis dari NOL sampai ujungnya sbg Founder, mendirikan IMM, ditengah penolakan kuat juga dari dalam, sbg pengaruh paradigma “rabun dekat” di atas.

DIRGAHAYU, SELAMAT MILAD IMM ke-54.
We are proud of you.