Gereja Kristen Berguru Kepada Muhammadiyah

Sangpencerah.id – Kesuksesan Muhammadiyah ikut menangani korban bencana kemanusiaan ternyata menarik perhatian Asia Pasific Baptis Federation (APBF). Organisasi yang menaungi gereja-gereja Kristen se-Asia Pasif tersebut belajar lebih mendalam terkait kesuksesan Muhammadiyah dalam menangani korban kemanusiaan seperti di Myanmar, Gaza, dan lain sebagainya.

“Kami ingin berguru kepada Muhammadiyah bagaimana menangani korban kemanusiaan. Sebab, Muhammadiyah banyak terlibat dalam menangani korban bencana kemanusiaan seperti di Rohingya, Myanmar,” Ketua Disaster Resource Partnership Indonesia, Viktor Rembeth kepada wartawan disela-sela acara konferensi internasional bertajuk teologi bencana kemanusiaan di Islamic Center Kampus 4 UAD Jalan Ringroad Selatan Banguntapan, Minggu (24/9).

Viktor menambahkan, agama mana pun tentu selalu mengajarkan kebaikan dan kemanusiaan termasuk Kristen. Namun, terkadang ada kesalahpahaman antar pemeluk agama dan ada oknum umat agama tertentu yang tidak menjalankan agamanya dengan baik.

Ia berharap, pertemuan antara gereja Kristen dengan Muhammadiyah dapat saling bertukar pikiran sekaligus mewujudkan kerukunan antar umat beragama. “Kami ingin meniru langkah Muhammadiyah dalam menangani korban bencana kemanusiaan. Tidak hanya di Indonesia tapi diseluruh negara di dunia,” terang Pengurus Pusat Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) ini.

Ketua Lembaga Penangggulangan Bencana Muhammadiyah (LPB)  atau  Muhammadiyah Disester Managemen Centre (MDMC), Budi Setiawan mengatakan, konferensi internasional penanganan bencana kemanusiaan digagas oleh Asia Pasific Baptis Federation (APBF). Kemudian, APBF menggandeng Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi yang paling sering aktif dalam menangani korban bencana kemanusiaan di dunia.

“Kami pun menyambut APBF. Semoga kerjasama ini bermanfaat bagi umat manusia,” kata Budi.

Rektor UAD, Kasiyarno mengatakan, UAD ditunjuk sebagai ruan rumah konferensi karena perguruan tinggi Muhammadiyah ini memiliki Fakultas Agama Islam. Apalagi, Program Studi S2 Pendidikan Agama Islam UAD memiliki perhatian khusus terhadap kajian pendidikan tanggap bencana. “Pertimbangan lain karena UAD memiliki ruang Islamic Center yang cukup memadai,” kata Kasiyarno.

Hadir sebagai keynote speaker yaitu Dr. Ross Clifford dari Morling College Australia. Kemudian narasumber antara lain Director Peace Centre, Myanmar Institute of Theology, Dr. Maung Maung Yin; Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah Dr. Ustadzi Hamzah; Lembaga Penangggulangan Bencana Muhammadiyah, Rahmawati Husein, Ph.D; dan dosen S2 PAI-UAD, Dr. Yoyo. (sp/krjogja)