Terburuk di SEA Games 2017, Haruskah Menpora Mundur?

SEA Games tahun 2017 di Malaysia menghadirkan catatan kelam bagi olahraga Indonesia. Event olahraga antar negara ASEAN ke-29 kali ini mencatatkan rekor terburuk untuk kontingen olahraga Indonesia. Hanya mampu berada di posisi ke-5, dan ‘cuma’ meraih 38 medali emas, yang terburuk sejak tahun pertama kali mengikuti SEA Games di tahun 1977! Menpora sebagai pihak yang paling bertanggung jawab hanya mampu meminta maaf. Meski banyak desakan agar Menpora mundur sebagai bentuk pertanggung jawabannya. Haruskah Menpora mundur?

Dua kali SEA Games, dua kali pula kontingen Indonesia dibawah Menpora Imam Nahrawi hanya mampu meraih posisi ke-5 perolehan medali. Bahkan, tahun ini perolehan medali emasnya lebih sedikit daripada SEA Games tahun 2015 yang meraih 47 medali emas. Usai kegagalan di SEA Games 2015, Menpora Imam Nahrawi menyatakan akan bertanggung jawab penuh terhadap kegagalan tersebut. “Ya, saya akan bertanggung jawab secara terbuka apa sesungguhnya yang akan dievaluasi, apakah model rekrutmennya, atau sistemnya, degradasi promosi, atau mungkin ada koordinasi antar stakeholder olahraga. Bagaimana antara pemerintah, KONI, KOI, PB, dan Satlak Prima, dan sebagainya. Itu yang akan menjadi bahan evaluasi nanti,” kata Menpora pada 17 17 Juni 2015. 

Kini, setelah gagal kembali, Menpora Imam Nahrawi hanya meminta maaf. “Wajar kita semua prihatin dengan hasil ini dan saya pun harus mohon maaf. Saya bertanggung jawab terhadap ini semua dan sudah barang pasti ini akan menjadi evaluasi total kami,” ujar Menpora Imam Nahrawi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/8/2017).

Desakan mundur pada Menpora adalah hal yang wajar mengingat prestasi olahraga merupakan parameter yang terukur terhadap keberhasilan Kementrian Olahraga. Janji Menpora untuk bertanggung jawab usai kegagalan di SEA Games tahun 2015 juga tak kunjung terwujud. Hampir tidak ada perubahan signifikan terhadap pola pembinaan olahraga di Indonesia.

Di satu sisi, ada ketimpangan perhatian dari Menpora terhadap cabang olahraga (cabor) di Indonesia. Menpora terlihat lebih banyak waktu mengurusi sepakbola dibanding memberi perhatian pada cabor lain yang berpotensi memberi prestasi. Urusan sepakbola yang semestinya bisa diselesaikan oleh PSSI sendiri ternyata memancing Menpora untuk ikut turun gelanggang hingga berlarut-larut dan menguras energi. Masih mending jika setelah itu sepakbola kita berprestasi. Nyatanya sama saja. Ditargetkan meraih medali emas, sepakbola Indonesia hanya mampu meraih medali perunggu.

Mengundurkan diri, mungkin pilihan terakhir bagi Menpora Imam Nahrawi, meski itu adalah pilihan terbaik sebagai bentuk pertanggung jawaban. Faktor politis adalah faktor utama yang membuat Menpora Imam Nahrawi ‘rela’ menjilat ludahnya untuk bertanggung jawab penuh dan hanya ‘menghaturkan’ permintaan maaf sebagai bentuk pertanggung jawabannya kali ini. Apalagi tahun depan disebut sendiri oleh Presiden Jokowi sebagai ‘Tahun Politik”, tahun yang penuh dengan kampanye pencitraan untuk meraih simpati rakyat. Tahun 2018 juga merupakan tahun diselenggarakannya event ASIAN Games di Indonesia. Mungkin sekali Menpora Imam Nahrawi berpikir bisa menebus kegagalan di SEA Games dengan prestasi lebih di ajang ASIAN Games. Pertanyaannya, bisakah?

Himam Wiladi (Kompasiana)