Jihad Fi Sabilillah Bagian Dari Hifdz ad-Din

Ust. Wahyudi Abdurrahim, Lc. MM:

Sebelumnya saya pernah sampaikan bahwa persoalan agama merupakan bagian terpenting dalam kuliyatul khamsah atau adh-dharuriyatul khamsah. Pelanggaran terhadap eksistensi agama, dalam hal ini adalah agama Islam berakibat sangat fatal. Ia dapat mengguncang stabilitas sosial. Agama Islam menjadi unsur penggerak setiap manusia muslim untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan spirit berislam ini, insan muslim akan mengorbankan apapun yang ia miliki. Mati syahid bahkan menjadi cita-cita mereka demi tegaknya dinul Islam.
Karena agama merupakan unsur terpentiung dalam dharuriyatul khamsah, maka setiap isnan muslim wajib melindungi agama, baik agar agama ini tidak punah (hifzuddin min janibil adam) atau dengan melakukan berbagai syiar agama agar ia tetap eksis (hifzhuddin min janibil wujud). Jihad fi sabilillah adalah bagian tak terpisahkan dari upaya untuk melindungi agama dari rong-rongan musuh Islam, baik mereka yang memerangi kaum muslimin dengan senjata atau merendahkan dan menghina agama Islam dengan lisan mereka.

 

Jihad yang merupakan bagian terbesar dari aktivitas amar makruf dan nahi munkar dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik melalui pembentukan opini yang benar melalui media, ceramah agama, atau bahkan mengangkat senjata. Tatkala agama dihina, maka menjadi kewajiban setiap insan muslim untuk melakukan jihad membela agama sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Perhatikan firman Allah berikut ini:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

 

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujuraat 15)

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ   ()  تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

 

 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? ( 10)  (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. (QS Ash Shaff: 10-11)

 

 

 

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

 

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ

 

خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

 

Artinya: Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal, Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.(QS At-Taubah : 20-22)

 

 

Teramat banyak ayat al-Quran yang memerintahkan insan muslim untuk berjihad di jalan Allah sesuai dengan batas kemampuan mereka. Semua kemampuan itu menjadi energi luar biasa yang dapat meledak sewaktu-waktu manakala eksistensi agama mendapatkan ancaman., kekuatan jiwa menjadi api menyala yang dapat menggerakkan setiap insan muslim untuk maju melawan kezhaliman. Kematian dalam berjihad bukan sesuatu yang menakutkan, bahkan banyak didambakan setiap muslim. Meninggal di jalan Allah untuk membela agama, akan mendapatkan balasan yang luar biasa besar. Tidak ada pahala apapun yang dapat menyaingi besaran ornag yang berjihad di jalan Allah, apalagi hingga syahid. :

 

Dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata,

قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا يَعْدِلُ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ؟ قَالَ : « لَا تَسْتَطِيْعُوْنَهُ ». قَالَ : فَأَعَادُوْا عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا . كُلُّ ذَلِكَ يَقُوْلُ : « لَا تَسْتَطِيْعُوْنَهُ ». وَقَالَ فِيْ الثَّالِثَةِ : « مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللهِ . لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى » .

Dikatakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Amalan apa yang setara dengan jihad fii sabiilillah? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Kalian tidak bisa (mengerjakan amalan yang setara dengan jihad).” Para shahabat mengulangi pertanyaan tersebut dua kali atau tiga kali, dan Nabi tetap menjawab: “Kalian tidak bisa (mengerjakan amalan yang setara dengan jihad).” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada kali yang ketiga: “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah itu seperti orang yang berpuasa, shalat, dan khusyu’ dengan (membaca) ayat-ayat Allah. Dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya sampai orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala itu kembali.

 

Para sahabat rasulullah berlomba-lomba untuk ikut berjihad bahkan mendambakan syahid di jalan Allah. Mati dalam membela agama, jauh lebih mulia dibandingkan harus hidup dengan membiarkan agama dihina dan direndahkan. Firman Allah berikut ini:

 

لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

”Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ´uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,”(QS. An Nisa’ : 95)

 

Juga kisah berikut ini:

 


حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو الْأَشْعَثِيُّ وَسُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ وَاللَّفْظُ لِسَعِيدٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو سَمِعَ جَابِرًا يَقُولُا قَالَ رَجُلٌ أَيْنَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ قُتِلْتُ قَالَ فِي الْجَنَّةِ فَأَلْقَى تَمَرَاتٍ كُنَّ فِي يَدِهِ ثُمَّ قَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ وَفِي حَدِيثِ سُوَيْدٍ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ

Telah menceritakan kepada kami [Sa’id bin ‘Amru Al Asy’atsi] dan [Suwaid bin Sa’id] dan ini adalah lafadz Sa’id, telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [‘Amru] dia mendengar [Jabir] berkata, “Seorang laki-laki bertanya, “Dimanakah tempatku jika saya terbunuh ya Rasulullah?” beliau menjawab: “Di surga.” Setelah mendengar itu, dia membuang buah kurma yang ada di tangannya kemudian maju bertempur sampai meninggal.” Dan dalam hadits Suwaid disebutkan, “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw pada waktu perang uhud. (HR. Muslim)

 

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي النَّبِيتِ قَبِيلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّكَ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ثُمَّ تَقَدَّمَ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمِلَ هَذَا يَسِيرًا وَأُجِرَ كَثِيرًا

Dari Al Bara dia berkata, “Seorang laki-laki dari Bani Nabit dari kabilah Anshar datang seraya berkata, “Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya kamu adalah hamba dan utusan-Nya. Kemudian laki-laki itu maju bertempur hingga meninggal, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “(Orang ini) sedekit beramal, namun diganjar dengan pahala yang banyak. (HR. Muslim).

 

Jika kita buka lembaran sejarah Islam, para sahabat dan juga generasi setelahnya dipenuhi dengan perjuangan jihad fi sabilillah. Generasi salaf bersemangat untuk menyebarkan Islam ke berbagai penjuru dunia. Dari sisi kekuatan, umat Islam sering lebih kecil, seperti dalam peristiwa perang badar dan peperangan lain setelahnya. Namun kemenangn selalu berada di kubu umat Islam. Kemenangan umat itu bukan dilihat dari sisi kuantitas umat, namun justru kualitas keimanan. Semakin besar kekuatan iman umat Islam, maka kemenangan akan semakin mudah diraih. Sebaliknya, semakin lemah iman umat Islam, meski dari sisi jumlah sangat besar, maka kekalahan akan selalu melanda umat Islam. Kemenangan itu datang dengan pertolonagn Allah yang mengirimkan barisan tentaranya dari para malaikat:

 

بَلَىٰ ۚ إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ

 

Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (QS. Ali Imran 125)

 

Waktu perang hunain, umat Islam berjumlah 12 ribu orang. Hanya saja, kualitas keimanan menurun akibat kebanggaan mereka dengan banyaknya jumlah pasukan. Mereka percaya dengan kuantitas. Akibat kebanggaan mereka dengan jumlah itu, umat Islam terkalahkan. Allah mengingatkan bahwa yang terpenting bukan dari sisi kuantitas, namun kualitas. perhatikan firman Allah berikut ini:

 

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (QS. Attaubah: 25)

 

Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, terdapat dua Negara adikuasa yang menguasai dunia pada waktu itu. Dua Negara itu mempunyai kekuasaan yang sangat luas dan kekuatan militer yang sangat lengkap dan modern. Dua Negara adi kuasa itu adalah Persia dan Romawi.

 

Barangkali tidak pernah terbayangkan bahwa akan ada kekuatan baru yang muncul dari pedalaman Arab yang kelak akan menggulung dua kekuatan besar itu. Apalagi dengan kekuatan umat Islam yang sangat minim, baik dari sisi kelengkapan militer maupun jumlah pasukan. Namun kenyataannya, umat Islam mampu menaklukkan dua Negara raksasa itu. Rahasianya adalah di kekuatan iman dan jihad.

 

Saat ini di belahan dunia, umat Islam menjadi bulan-bulanan Negara-negara Besar. Amerika beserta sekutunya dengan sangat angkuh menjajah umat Islam, baik secara militer berupa pendudukan langsung seperti di Afgansitan dan Irak, maupun tidak langsung dengan menguasai secara politik dan ekonomi seperti yang umum dialami Negara-negara Islam. Bahkan pangkalan militer terbesar Amerika, tertanam di dua Negara Islam terkaya, yaitu Saudi dan Qatar. Dari dua pangkalan militer ini, Amerika beserta sekutu membuat berbagai makar politik ke Negara-negara Islam lainnya. Perang saudara yang melanda Timur Tengah saat ini, tidak lepas dari strategi Amerika dan sekutunya untuk melemahkan umat Islam. Islam dianggap sebagai ancaman global yang sangat menakutkan. Bahkan seperti yang diriis oleh Huntington, bahwa saat ini sedang terjadi perang peradaban. Barat, sedang berhadapan dengan kekuatan Islam.

 

 

Globalisasi dan liberalisasi ekonomi pada prinsipnya adalah jargon manis yang tujuan utamanya untuk menguasai ekonomi umat Islam. Dari sini, umat harus selalu waspada. Jihad fi sabilillah harus digelorakan. Gendering perang harus ditabuh. Perang bukan saja dengan mengangkat senjata, namun dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.

 

Umat harus mandiri secara ekonomi. Dengan kemandirian ini, umat tidak akan mudah didekte. Kemandirian ekonomi akan menjadikan umat Islam berwibawa dan mendapatkan tempat bukan saja di kancah nasional, namun juga di kancah global. Umat Islam punya modal besar untuk dapat mandiri secara ekonomi. Yang dibutuhkan saat ini adalah menejemen dan kepemimpinan yang mumpuni. Dengan ini, isnyaallah umat akan bangkit dari keterpurukan.

 

Sarana jihad yang juga sangat efektif adalah menguasai media. Media dapat dijadikan sebagai sarana untuk berdakwah dan membentuk opini umat. Sering terjadi kebijakan suatu Negara, tidak lepas dari pengaruh dan arah media ini. Media yang akan menggerakkan hati dan pikiran rakyat. Media yang akan membetuk citra pemimpin. Dengan pencitraan yang mumpuni, meski seseorang tidak layak untuk jadi pemimpin, maka ia dapat tempat di hati rakyat dan akhirnya bisa mendapatkan kemenangan.

 

 

 

Di tanah air sendiri, sedang terjadi pergolakan luar biasa. Musuh-musuh Islam sudah terang-terangan melawan umat Islam. Ulama dikriminalisasikan, umat dikerdilkan, bahkan Islam yang agama mayoritas negeri ini, dihina oleh kaum minoritas. Harga diri mat benar-benar diinjak-injak di rumah sendiri.

 

Oleh karena itu, semangat jihad fi sabilillah untuk membela agama ini harus selalu digelorakan. Semangat jihad yang diawali dengan penanaman semangat tauhid dan upaya mempertebal iman. Maka masjid harus diramaikan. Pengajian digalakkan. Spirit keimanan ditingkatkan. Roda ekonomi harus diraih. Media nasional harus dipegang. Jika tidak bias, kita dapat merupaya membentuk opini yang benar dengan ponsel kita, hp kita dan computer kita. Group WA, telegram, website, youtube, radio streaming dan lain sebagainya bias kita manfaatkan untuk menggelorakan api jiha. Dengan ini, kemenangan akan dapat diraih insyaallah. Wallahu a’lam