Apakah Belajar Filsafat dan Ilmu Kalam Dapat Mengetahui Hakekat Tuhan?  

Ust. Wahyudi Abdurrahim, Lc

Barangkali ada yang mempertanyakan, apakah dengan belajar ilmu kalam dan filsafat, kita dapat mengetahui hakekat Tuhan?

 

 

Sebelum menjawab, kita harus tau terlebih dahulu apa itu hakekat. Para ulama kalam mengatakan bahwa hakekat sesuatu adalah wujud dari sesuatu itu sendiri. Hakekat sesuatu adalah sesuatu itu. Jadi, mengetahui hakekat sesuatu, bearti mengetahui tentang sesuatu itu sendiri secara pasti.

 

Contoh, hakekat Muhammad adalah Muhammad seperti yang saya lihat itu, yang berkaki dua, bermata dua, bertelinga dua, bisa berfikir dan lain sebagainya. Jika menggunakan definisi, maka manusia adalah hewan yang berfikir.

 

Hakekat kambing adalah hewan berkaki empat yang mengembik, memakan rumput dan lains ebagainya. Hakekat batu adalah benda padat dan lain sebagainya.

 

 

Pertanyaannya, jika hakekat merupakan sesuatu itu sendiri, mungkinkah kata hakekat bisa dinisbatkan pada Tuhan? Di sini para mutakallimun berbeda pendapat. Sebagian mutakallimun mengatakan bahw kata hakekat bisa digunakan untuk Tuhan, bisa juga digunakan untuk manusia. Bedanya terletak bada wujud dari hakekat tadi. Jadi, ketika digunakan istilah hakekat, katakanlah hakekat Tuhan dengan hakekat manusia, meski sama-sama menggunakan kata hakekat, namun kandungan dari wujud hakekat tadi berbeda.  Manusia adalah manusia, sementara Tuhan adalah Tuhan.

 

 

Sebagian mutakallimun  mengatakan bahwa hakekat jika dinisbatkan pada Tuhan, sesungguhnya hanya mengandung makna metafor saja. Hal ini karena manusia tidak akan pernah sampai pada pengetahuan mengenai hakekat ketuhanan.

 

 

Lantas, apakah belajar filsafat dan ilmu kalam bisa mengenal hakekat Tuhan? Semua ulama kalam, filsuf bahkan kaum sufi berpendapat bahwa manusia tidak akan dapat mengetahui hakekat Tuhan. Di antara yang berpendapat demikian dari kalangan ulama kalam adalah Imam Juwaini, Imam Ghazali, Imam Razi, Imam Amidi, dari kalangan filsuf seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dan dari kalangan sufi seperti Imam Junaid dan al-Muhasibi.

 

 

Ilmu kalam memang diletakkan bukan untuk mengetahui hakekat Tuhan. Sebuah kesalahan jika kita belajar kalam untuk mencari tentang hakekat Tuhan. Seperti yang saya singgung sebelumnya, ilmu kalam diletakkan untuk membela akidah Islam dan melemahkan akidah non muslim. Wallahu a’lam