Masih Perlukah Belajar Ilmu Kalam?

Ust. Wahyudi Abdurrahim, Lc. M.M:

Pertanyaan penting, apakah kita masih perlu belajar ilmu kalam? Apakah ilmu ini masih relevan untuk menjawab berbagai persoalan kontemporer?
Untuk menjawabnya, perlu kembali kita lihat tujuan awal terbentuknya ilmu kalam. Seperti pernah saya sampaikan, bahwa ilmu kalam, mempunyai dua tujuan utama:
1. Membentengi akidah umat dari gempuran kepercayaan luar, seperti Majusi, Manawi, Dahriyun, Yahudi, Kristen dan lain sebagainya.
2. Menyerang kepercayaan musuh dengan berpijak pada al-Quran, dengan menggunakan sarana logika untuk mematahkan keyakinan lawan. Dengan demikian, musuh dapat tuntuk terhadap akidah Islam.

Pertanyaannya, apakah dua persoalan di atas masih ada?
Jawabnya, ya. Sekaranng akidah umat diserang dari berbagai arah. Bukan lagi dari kaum Majusi atau Manawi, tapi dari Dahriyun yang saat ini menjelma menjadi berbagai aliran pemikiran filsafat Barat. Meski beda zaman, pemikiran mereka tetap sama, yaitu paham materialisme. Bedanya, saat ini dibungkus dengan berbagai terma modern sehingga terkesan lebih memukau.

 

Selai itu, akidah umat juga mendapat gempuran dari kaum Nashara dengan kristenisasi global yang sangat sistematis. Serangan lebih dahsnyat, dilancarkan oleh kaum Yahudi, yang memang mereka menguasai media masa internasional.

saat ini, upaya pengikisan akidah umat jauh lebih massif. Targetnya seluruh umat Islam, bukan hanya khusus para intelektual muslim. Serangan juga lebih dahsyat karena mereka menggunakan peralatan modern, seperti jaringan televisi, media massa, internet dan lain sebagainya. Pelan tapi pasti, umat digiring untuk jauh dari akidah dan mengikuti paham filsafat Barat.

 

Muncullah berbagai istilah baru, seperti globalisasi, demokrasi liberal, eksistensialisme yang berakibat pada sikap individualism, hedonism, dan berbagai paham Barat lainnya. Dalam setiap gerak kehidupan, dari sistem interkasi dengan orang lain, cara berbusana, berpolitik, bersosial, berekonomi, semuanya mengekor ke Barat. Bahkan untuk mengelola sumber daya alam yang melimpah saja, rela ditipu oleh Barat.

Banyak umat Islam yang cuek dengan nilai-nilai Islam. Apapun yang berbau kebara-baratan, maka itu layak untuk diikuti. Umat islam menjadi bangsa subordinat, yang selalu mengekor terhadap peradaban Barat.

Dalam kondisi seperti ini, ilmu kalam sangat dibutuihkan. Ilmu kalam harus kembali berperan untuk membela akidah umat dan membentengi mereka dari berbagai serangan gencar peradaban Barat tersebut.

selain membentengi akidah umat, para mutakallimun kontemporer dituntut untuk berjihad dengan membongkar kebobrokan filsafat Barat. Dengan mengetahui kelemahan, bahaya filsafat Barat dan dampak negative yang ditimbulkan dalam tatanan masyarakat, maka umat bisa kembali kepada Islam dan menjadikan Islam sebagai jalan hidup.
ada satu tugas tambahan bagi mutakallimun kontemporer. Ia tidak hanya membentengi akidah umat dan menyerah pemikiran mereka. Mutakallimun juga harus mampu membangunkan umat dari tidur panjangnya.

 

Umat sudah terlanjur terlena dengan berbagai jargon yang digembar-gemborkan Barat. Sistem ekonomi, system politik, bahkan cara bersosial pun, umat sudah mengekor ke Barat. Mutakallimun kontemporer harus menyadarkan umat, bahwa tidak semua yang datang dari barat itu positif. Mutakallimun kontemporer harus menyadarkan umat bahwa dalam segala bidang, Islam telah memberikan aturan normatif yang jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dipromosikan oleh Barat dengan media internasional itu.

 

Jadi apakah ilmu kalam masih berguna? Dilihat dari berbagai tantangan tadi, maka ilmu kalam sangat berguna. Seperti yang dikatakan oleh para ulama kalam, bahwa belajar ilmu kalam hukumnya fardhu kifayah. Harus ada di antara umat ini, yang mau serius untuk mendalami berbagai aliran filsafat Barat modern, kemudian dibongkar kelemahan mereka serta ditunjukkan mengenai kebenaran Islam. Dengan demikian, umat bisa menyadari dan tidak selalu mengikuti setiap alur kehidupan yang dipromosikan oleh Barat. (www.almuflihun.com)