Militer Myanmar Membunuh Bayi dan Memperkosa Wanita Muslim Rohingya

sangpencerah – Saat matahari merayap menuju puncak tengah hari, rumah Soe Myat Naing tumbuh tertahankan panas. Meskipun udara mencekik, ia tidak berani meninggalkan keselamatan dinding oven dan duduk dengan kegelisahan, menunggu isyarat untuk melarikan diri.

“Kita harus lari dari desa kami ketika militer datang, mereka mengancam pria jadi kami harus menjalankan dan meninggalkan wanita. Ketika kita tidak di desa-desa mereka pergi ke rumah kami dan mengambil harta kita” katanya.

Tiga hari yang lalu tentara Myanmar menyerbu desa Nga Sar Kyu di negara bagian Rakhine utara di mana Soe Myat Naing tinggal bersama keluarganya. Dia releived bahwa tentara hanya mencuri panel surya nya. Beberapa minggu sebelumnya mereka telah melakukan sesuatu yang jauh lebih buruk daripada mencuri.

“Mereka ditangkap 30 wanita dan diperkosa 19, termasuk adik saya yang berusia 23 tahun. Dia tidak bisa berjalan,” katanya. “Situasi ini semakin parah setiap hari.”

Demikian kesaksian dari seorang muslim rohingya yang dikutip dari laman berita Al JAzeera 13/11

Pada Sabtu malam, aktivis Rohingya mengupload yang menunjukkan mayat delapan orang mengenakan pakaian sipil termasuk seorang bayi, korban meninggal hari itu di dekat desa Dar Gyi Zar dengan beberapa luka peluru

Myanmar militer telah melakukan operasi brutal di Rakhine utara selama sebulan terakhir dan dituduh telah melakukan pelanggaran HAM terhadap penduduk Rohingya lokal, yang mencakup pembunuhan di luar hukum, kekerasan seksual dan pembakaran.

Organisasi kemanusiaan memperkirakan bahwa sebanyak 15.000 Muslim Rohingya telah mengungsi dari rumah mereka di negara bagian Northern Rakhine sejak operasi kontra mulai.

Sampai saat ini belum ada tindakan nyata dari pemimpin – pemimpin dunia, PBB dan Organisasi HAM terhadap penderitaan warga muslim rohingya semua seolah menutup mata kemudian bisu dan tuli terhadap praktik genosida terhadp muslim rohingya, ummat islam dunia harus menentukan langkah menyelamatkan muslim rohingya dari kekejaman pemerintah Myanmar(sp)