Simpati Untuk Siyono, Muhammadiyah Bumiaji Gelar Pentas Kolosal Yang Spektakuler

SangPencerah.comAdakah ini takdir, ketika ruas waktu menyeret sukma dengan paksa. Adakah ini suratan, ketika kebahagiaan ini terampas diatas pusara dan prasangka. Ah, kelam ini biarlah berlalu, sungguh aku ikhlas menerimanya, jika itu memang yang terbaik. Tuhan, inilah aku dengan ketidakberdayaanku, maka peluk aku, jangan biarkan aku dalam pilu. Engkau sang Maha Berkehendak, mereka Sang pencerah-pencerah itu datang atas namamu.

Aku tidak butuh recehan bela sungkawa, aku hanya ingin keadilan. Tapi siapa peduli? Semua diam, semua menutup mulutnya, semua menutup telinganya, semua pura-pura tidak mendengar. Ini suami saya, mati. Ini rintihan buah hati saya, melihat bapaknya tewas terkapar. ……

Kalimat-kalimat diatas merupakan bagian dari narasi yang diciptakan oleh tangan kreatif anak Muda Muhammadiyah Bumiaji, Kota Batu. Bertempat di Gedung Kesenian Batu, Jum’at 13 Mei pekan lalu, angkatan muda Muhammadiyah Bumiaji menggelar pentas kolosal “Gugat Sang Pramweswari”, pentas ini  merupakan bentuk kepedulian untuk keluarga Siyono yang hingga saat ini terus mencari keadilan.

Materi pentas kolosal ini disajikan sangat spektakuler, dari tata lampu pencahayaan, kostum pemain, setting panggung, blocking pemain, soundtrack musik, gerak tari, narasi puisi hingga skema pergantian pengisi acara ditampilkan secara maksimal. Ketika dihubungi SangPencerah.com, Rahmawati Alief  aktivis Muhammadiyah Batu yang juga sebagai inisiator acara mengungkapkan bahwa ide kreatif ini berasal dari angkatan Muda Muhammadiyah Cabang Bumiaji, Kota Batu yang prihatin dengan nasib Alm.Siyono. Naluri seni kreatif, mendorong mereka untuk menampilkan pertunjukan.

Rahmawati dalam pentas kolosal ini juga berperan sebagai Sang Prameswari, sosok yang dianalogikan sebagai Ibu Suratmi (Istri Alm.Siyono (red)). Dengan bercadar hitam, perempuan ini membacakan bait demi bait narasi yang dia ciptakan sendiri dengan sangat ekspresif. Diiringi dengan background musik yang syahdu, aksinya pun membuat penonton takjub dalam lautan emosi.  Acara pun secara beruntun dilanjutkan dengan pentas wayang, tari-tarian dan ditutup dengan aksi pembacaan puisi dan nyanyian Ibu Pertiwi. Adapun penata gerak dalam pentas ini melibatkan sosok Agus, budayawan dan pegiat seni dari padepokan Gunung Ukir.

Selain penonton yang antusias dalam menyaksikan langsung pentas kolosal, apresiasi juga datang dari netizen walau hanya menyaksikan dalam tayangan youtube. “Pentasnya sangat bagus sekali dan mengesankan, LSBO Muhammadiyah harus memperharikan dan terus mengembangkan. Ini metode dakwah yang sangat strategis”, ujar Bapak Wahyudi Nasution, warga Muhammadiyah Klaten yang juga sebagai pengurus MPM PP Muhammadiyah, ketika usai menyaksikan (redaksi/jwt).