Potensi Ortom Dalam Membentuk Karakter Kader Muhammadiyah

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki kader yang tersebar di seluruh Indonesia. Banyak organsasi Islam yang pernah didirikan di Indonesia yang berasal dari berbagai daerah serta aliran tetapi tidak semua organisasi tersebut dapat bertahan dalam waktu lama seperti Persyerikatan Muhammadiyah yang telah berdiri dan berkembang dengan pesat lebih dari satu Abad. Ada yang bertahan 50 tahun, ada yang dibubarkan oleh pemerintah ada pula yang hanya berkembang di sebuah daerah tetapi tidak dapat berkembang di daerah lain, ada pula yang setelah pendiri organasisasi tersebut wafat terjadi krisis kepemimpinan yang membuat wafatnya organisasi tersebut.

Muhammadiyah dapat berkembang dengan pesat lebih dari seabad tidak lepas dari peran langsung Kader-kadernya yang menyebar di seluruh penjuru Negara Kesatuan Repuplik Indonesia. Peran kader Muhammadiyyah di segala penjuru NKRI berda’wah dengan bermacam-macam cara menjadikan Muhammadiyyah dapat diterima di hampir semua daerah di Indonesia. Ada yang berdakwah dengan membangun sekolah, ada yang berdakwah dengan mengajar Pencak Silat Tapak Suci, ada yang mendirikan Puskesmas dan Rumah sakit, dan ada yang mendirikan masjid dan membuat majelis ta’lim didalamnya.

Peran kader dalam perkembangan Persyerikatan ternyata tidak lepas dari pola kaderasisi Persyerikatan Muhammadiyyah yang berkesinambungan secara continue sehingga tidak terjadi fase kekosongan kader dalam persyerikatan Muhammadiyyah yang membuat roda juang da’wah amar ma’ruf nah Munkar Muhammadiyyah terputus.

Diantara kader-kader Muhammadiyyah yang menjadi tokoh nasional diantaranya Jendral Soedirman yang merupakan kader Muhammadiyyah dari Pandu Hizbul Wathan dan Tapak Suci sehingga dengan bekal ilmu dan pengalaman kepanduan dapat menjadikan dirinya Panglima Tentara Hizbullah ketika perang kemerdekaan. Buya Hamka sebagai Pendiri dan Ketua MUI Pertama yang merupakan kader Kuliyyatul Muballighin di Padang, dan Ki Bagus Hadikusumo yang berasal dari kader Ulama Muhammadiyyah menjadi salah satu penggagas Pancasila dan Pembukaan UUD dan banyak lagi Kader Muhammadiyyah yang menjadi tokoh pada setiap zaman.

Pola kaderasisi Muhammadiyyah yang variatif menjadikan warga Muhammadiyyah terutama dari golongan muda mudah tidak terpaku dalam menyalurkan bakatnya, lengkapnya pola kaderasi Muhammadiyyah dapat dibuktikan berupa: ketika masuk usia sekolah di Taman kanak-kanak Muhammadiyah telah memiliki Tk sampai kepada Perguruan tinggi dan bahkan Pasca Sarjana, ada pula Tapak Suci yang menjadi wadah Warga Muhammadiyyah untuk berolahraga dan latihan pencak silat, Hizbul Wathan yang merupakan Gerakan Kepanduan yang menjadi wadah kader Muhammadiyyah yang menyukai kepanduan, ada pula IPM untuk siswa-siswi pelajar Muhammadiyyah yang menyukai kegiatan organisasi, bahkan untuk taraf Gerakan Mahasiswa yang membutuhkan wadah untuk aktivis Muhammadiyah telah memilili Ikatan Mahasiswa Muhammadiyyah (IMM) dan Pemuda Muhammadiyyah, serta Nasyia’tul Aisyiyyah dan Aisyiyyah sebagai sarana perkumpulan dan perjungan para wanita dalam Persyarikatn Muhammadiyyah.

Pola dan wadah kaderasisi yang yang lengkap ini sudah sewajarnya dan memang harus dimaksimalkan, guna membentuk kader Muhammadiyyah yang Multi talenta serta dapat berdakwah dengan berbagai macam sarana, seorang kader Muhammadiyyah sejati sangat banyak yang muncul dan lahir dari satu ORTOM, tetapi kemungkinan kader Muhammadiyyah yang lahir setelah mengenyam pendidikan di berbagai ORTOM di Muhammadiyyah yang diikutinya dalam waktu yang sama, sesungguhnya inilah yang menjadi kehendak Persyerikatan membentuk tujuh ortom adalah agar dapat membentuk kader yang berwatak intelektual dari IPM,IMM maupun pengajian Muhammadiyyah, bermental bela diri tapak suci serta berwawasan lingkungan yang didapat dari Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan yang terpatri dalam diri seorang kader Muhammadiyyah.

Ad dan Art Muhammadiyyah tidak Melarang dan bahkan membuka pintu seluas-luasnya bagi kader Muhammadiyah yang beraktifitas dalam berbagai ortom, karena terciptanya tujuh Organisasi Otonom bukan untuk bersaing sesama kader Muhammadiyyah tetapi jauh ke depan agar sama-sam dan berlomba lomba dalam membentuk kader Muhammadiyyah, sungguh tidak bijaksana jika pada masa ini terjadi saling klaim, pembatasan dan kecemburuan sosial antar kader Muhammadiyyah yang bernaung di ortom atau menjadi dipersulit ruang geraknya karena tidak istiqomah dalam satu ortom saja yang pada akhirnya membentuk sikap etnosentris dan primordial dalam

Terhadap Ortom.
Organisasi otonom bentuk juga demi meningkatkan dan membentuk ukhuwah Islamiyyah sesama kader Muhammadiyyah guna berlomba-lomba dalam kebaikan dalam melaksanakan amar ma’ruf nah Munkar, jadi pada masa ini dan yang akan datang sangat dimungkinkan dalam diri seorang kader terdapat jiwa kader Tapak Suci, Kepanduan HW, dan Aktivis IMM, serta intelektual ulama yang menjadikan Muhammadiyyah Kuat dan dapat diterima dengan da’wahnya yang variatif dan kompetitif.

oleh : ARIF MAHFUZ.S.Sy