Mobil Esemka Jokowi, Riwayatmu Kini…

Mobil Esekma Jokowi, foto : otomotif kompas
Mobil Esekma Jokowi, foto : otomotif kompas

SangPencerah.com- Hampir seluruh masyarakat Indonesia terbuka matanya menyaksikan Wali Kota Solo Joko Widodo ketika memilih Esemka Rajawali sebagai kendaraan dinasnya sehari-hari pada 2012 lalu.  Berkat isu berbobot nasionalisme ini juga, membuat nama Jokowi bisa dikenal seluruh Indonesia dan akhirnya berujung menduduki jabatan Presiden Republik Indonesia sejak 2014 lalu.

Esemka Rajawali, merupakan mobil dinas Joko Widodo (Jokowi) ketika masih menjabat sebagai Wali Kota Solo, Jawa Tengah. Seiring perjalanan waktu mobil yang dulu pernah menjadi cikal bakal mobil bermerek nasional ini pun kini terdiam kaku di sudut ruangan bengkel SMK Negeri 2 Surakarta.

Saat wartawan otomotif kompas berkunjung ke lokasi, pekan lalu, mendapatkan mobil ini teronggok di pojok ruangan bengkel tempat praktik para siswa jurusan otomotif.  “Sudah lama kok mobilnya. Memang sengaja disimpan di sini karena banyak kenangannya lagian ini juga tempat asalnya,” ucap Dwi Budi Martono, Direktur Teknik Esemka kepada harian Kompas Otomotif pertengahan maret lalu.

Meski sudah lama tidak dipakai, mobil prototipe yang memiliki kapasitas tujuh penumpang ini masih nampak segar. Bagian bodi masih terlihat mulus tanpa ada baret atau lecet sedikit pun. Hanya saja logo kebesaran Esemka di bagian gril depan sudah lepas.  Sayangnya saat akan mencoba masuk ke dalam kabin, pintu dalam keadaan terkunci sehingga hanya bisa melihatnya dari luar.

Saat melirik di bagian samping mobil, terdapat blok mesin di meja praktek dengan kode 1.5L Twin Cam 16 Valve. Ketika menanyakan hal ini, Toto sapaan akrab Dwi Budi Martono, memastikan kalau mesin ini sama dengan yang digunakan Rajawali milik Jokowi.

“Mesinya 1.500 cc, transmisi manual 5 percepatan. Tapi mobil ini memang berat karena untuk rangka kita handmade sendiri dengan bahan campuran logam, tidak ada bahan plastik pada bodi. Untuk Rajawali generasi dua sudah kita perbaiki agar bobotnya lebih ringan,” kata Toto.

Mobil ini, lanjut Toto, diproduksi mulai 2007 sampai 2010. Material sebagian besar diimpor dari China, sekaligus sebagai bahan untuk dipelajari, dengan harapan ke depan bisa dikembangkan secara lokal. Meski terbujur kaku, namun dari beberapa sumber di lokasi mengatakan, bahwa sudah ada beberapa orang yang menawar mobil ini dengan harga tinggi. Bahkan bekas Menteri Olah Raga Indonesia pun sempat mencoba untuk meminangnya untuk dijadikan koleksi, namun ditolak demi memori.(sp/kompas)