Muhammadiyah di Bali Sejak 1934, Ikut Perang Bersama I Gusti Ngurah Rai

SangPencerah.com – Sejarah mencatat ada seorang tokoh Muhammadiyah di Kabupaten Buleleng semasa zaman pergerakan kemerdekaan Indonesia menjadi anggota pasukan Pahlawan I Gusti Ngurah Rai.

Tokoh Muhammadiyah Buleleng, Amoeng A. Rachman, memaparkan Sejarah perjalanan organisasi kemasyarakatan Muhammdiyah Buleleng.

Di Bali, Muhammadiyah didirikan di Jembrana pada 1934. Lanjut di Singaraja (Buleleng) pada 1939.

Kata dia, Ide pendirian Muhammadiyah Cabang Singaraja waktu itu muncul dari seorang Jaksa Raad & Kertha untuk Bali dan Lombok di Singaraja, Raden Padmodihardjo.

Sebagai ketua Muhammadiyah Singaraja saat itu H. Muhamad Muchsin, Sekretaris M. Hassan, Bendara H. Muhammad Said Sakio, dengan anggota Abdul Murad, Abdul Hafid Syabibi, Muhammad Yasin dan Ismail Ibrahim.

Menurut Amoeng, tokoh-tokoh Muhammadiyah Buleleng berkiprah bukan hanya urusan keumatan, tetapi juga kebangsaan.

“Tokoh Muhammadiyah Buleleng bahkan tampil sebagai pejuang kemerdekaan, yakni H. Anang Ramli yang merupakan anggota Pasukan I Gusti Ngurah Rai, yang berjasa merobek warna biru Bendera Belanda menjadi berwarna Merah Putih di Pelabuhan Buleleng,” tegasnya di forum Sambung Rasa Ummat merupakan acara pra-Musda IX Muhammadiyah Buleleng Minggu (21/2/2016).  .

Menjelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) IX Muhammadiyah Buleleng, digelar acara Sambung Rasa Ummat.

Acara bertajuk “Meningkatkan Kualitas Umat dengan Gerakan Pencerahan Menuju Masyarakat Berkemajuan” tersebut berlangsung di Hotel Hawaina Singaraja.

Sejumlah sesepuh, tokoh, simpatisan dan warga Muhammadiyah di Kabupaten Buleleng menghadiri acara tersebut yang dipandu tokoh muda Muhammadiyah Moh. Ali Susanto.

Menurut Ketua Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Buleleng, HM Hidayat Abbas, Sambung Rasa Ummat merupakan acara pra-Musda IX Muhammadiyah Buleleng.

Musda IX Muhammadiyah Buleleng akan digelar Minggu (13/3) mendatang. Selain Sambung Rasa Ummat, untuk syiar Musda juga digelar jalan santai dan kegiatan pelayanan kesehatan gratis.

Hidayat yang juga mantan Sekretaris KPU Buleleng ini mengatakan, Muhammadiyah Buleleng yang didirikan 1939, sudah mempunyai sejumlah amal usaha.

Amal usaha tersebut yakni PAUD, TK Aisyiyah, SMP Muhammadiyah dan SMA Muhammadiyah. “SD yang belum punya. Ke depan ini harus dilengkapi,” katanya.

Sementara Keetua MUI Buleleng, Abdurahman Said, LC, mengatakan, warga Muhammadiyah didesain dari awal menjadi umat terbaik. Warga Muhammadiyah juga tidak boleh menyusahkan orang lain.

Sesepuh Muhammadiyah Buleleng, Haji Anwar, BA, menyatakan, amal usaha Muhammadiyah Buleleng sudah banyak yang melahirkan orang penting di pemerintahan maupun swasta.

Banyak lulusan TK Aisyiyah dan SMP Muhammadiyah Buleleng memangku jabatan penting di Jakarta.

Sementara Ali Susanto menekankan, dengan sejarahnya tersebut, tidak ada alasan bagi Muhammadiyah Buleleng untuk tidak menunjukkan kiprahnya di masyarakat Buleleng. Muhammadiyah harus mampu mengangkat warganya menjadi umat terbaik.

“Muhammadiyah Buleleng harus bisa menelurkan bukan saja kader-kader umat, tetapi juga kader-kader bangsa,” imbuhnya. (sp/kabarnusa)