Jawaban Seorang Ibu Atas Cuitan Felix Siauw Yang Dinilai Remehkan Perempuan

sangpencerah.id – Ustadz Felix kerap menyampaikan cuitan di akun twitter nya yang membahas berbagai persoaalan salah satunya ia menulis tentang kapasitas seorang ibu

Felix siauw menulis ” bila wanita habiskan untuk anaknya 3 jam sedangkan di kantor 8 jam ! lebih layak disebut Ibu ataukah Karyawan 😀

cuitan tersebut mendapat tanggapan dari netizen lain salah satunya dari akun Fitra Wilis yang menulis tanggapannya di bawah ini

sebenarnya, status nyinyir seperti ini tak akan mengganggu fisik maupun mental aku. karena aku udah memutuskan “tidak pernah lupa untuk bahagia”

tapiiii… keempat anakku udah terlelap dan aku belum bisa tidur sblm menulis minimal 20menit, maka aku mau ngeluarin uneg2 ahhhhh…

anda mengagumi ibu rumah tangga ? aku pun demikian adanya. bahkan, aku tak pernah berani mensejajarkan diri dgn mereka, karena cukup tau diri, profesi ibu rumah tangga jauh lebih mulia.

sekedar info yaaa,
sebelum jam 5 pagi, saat banyak orang masih terlelap dibuai mimpi, aku memilih meninggalkan kamarku yg hangat, lalu mensterilkan botol susu, memasak dan menyiapkan cemilan, demi agar anak anak sehat.

dan tak layakkah aku dipanggil ibu?
lalu bagaimana dgn mengandung mereka 9bulan, 4 kali melahirkan menyabung jiwa dalam kesakitan tiada tara, berjaga tengah malam memompa tetesan sorga untuk menyiapkan seratus kantong ASI sebelum aktif kembali bekerja demi keberhasilan ASI ekslusif?

tak layakkah aku dipanggil ibu?
aku yg tak pernah kuat begadang, tak kuat mengangkat beban, namun sanggup menggendong anak sepanjang malam saat mereka demam, karena melakukannya dgn hati, apa namanya kalau bukan kekuatan cinta?

ku prioritaskan mereka dalam kehidupanku, melebihi prioritasku ke diri sendiri, melafazkan seluruh harapan kebaikan untuk mereka dalam setiap doa doaku pada Sang Pencipta, tak layakkah aku dipanggil ibu?

lalu bagaimana dgn ayah ibuku, petani kecil di desa yg tak terbilang jauhnya, yg nyata kutangkap binar bahagia dalam cahaya mata mereka saat putrinya menjadi sarjana di perguruan tinggi ternama, dan kebahagiaan itu semakin sempurna ketika menyadari bahwa kedua putrinya bekerja dgn sangat layak, tak harus ditempa hujan dan panas seperti keseharian kehidupan mereka?. bukankah ajaran agama mengharuskan bakti kepada ayah bunda, dan membuat mereka bangga juga bagian bakti itu sendiri??

ada berjuta alasan ketika seseorang memilih jadi perempuan bekerja. seperti sahabat sahabatku yg single parent, suaminya yg sakit berat, dll dll.

bahkan, Allah yang Maha Adil, menobatkan sorga di telapak kaki ibu. tidak ada embel embel ‘hanya di telapak kaki ibu rumah tangga’.
sedemikian adilnya Tuhan.

lihatlah, kenapa pelangi sedemikian indah menyempurnakan cakrawala?
karena pelangi berwarna warni, namun masing masing warna tak saling menyombongkan diri, mereka berpelukan untuk sebuah kecantikan yg menakjubkan.

jadi, ada ibu guru, ibu dokter, ibu rumah tangga, ibu tukang pulung, ibu manager, ibu penjaga toilet umum, ibu pedagang online, ibu penjual sayur, ibu trainer, ibu penulis, ibu bidan, ibu penyapu jalan, semuaaaaaa mulia, tak ada rumus sedikitpun yang meninggikan posisi pilihan kita dibanding pilihan orang lain.

maka dari itu,

boleh saling menghargai?

boleh tak merendahkan ibu bekerja?

boleh untuk tidak nyinyir?

tolong yaaa… jangan lukai keihklasan hatiku untuk menjadi perempuan bekerja ini meski hanya dengan segaris kalimat candaan.

aku karyawan, tapi aku tetap layak disebut ibu.

Nasihat Felix Siauw baik agar para perempuan lebih memperhatikan anak – anak di rumah namun tanggapan diatas juga menjelaskan bahwa menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga semuanya mulia dan hendaknya jangan saling meremehkan karena perempuan diberi pilihan semoga setiap pilihan itu didasari ikhlas
Ikhlas untuk keluarga dan diri kita
Ikhlas bukan untuk merendahkan atau meremehkan orang lain yang memiliki pilihan berbeda dengan kita.

Kalo kita melihat sejarah bagaimana KH. Ahmad dahlan berpesan kepada anak muda perempuan Muhammadiyah kelak menjadi dokter agar para perempuan nanti dirawat dan ditangani oleh kaum perempuan juga , sebuah pandangan visoner agar perempuan bisa terlibat aktif di berbagai bidang tanpa harus melupakan kewajibannya sebagai Ibu (redaksi)