3 Tipe Kelompok yang Menilai Muhammadiyah

oleh : Prof. Dr. Thohir Luth, MA (Wakil Ketua PWM Jawa Timur 2015-2020)

Laju perkembangan dakwah Muhammadiyah kian terasa pesat, dengan hasil yang boleh dibilang spektakuler. Jika dipetakan, di kalangan masyarakat setidaknya terdapat tiga kelompok dalam memberi penilaian. Pertama,  kelompok orang-orang jujur yang menilainya sebagai sesuatu yang bagus dan terus mendukungnya, kendatipun mereka bukan anggota Muhammadiyah. Mereka biasanya selalu memberikan penghargaan yang cukup signifikan terhadap kemajuan yang dilakukan Muhammadiyah. Tidak ada kalimat dari lisan yang keluar, kecuali mengajak anggota mereka untuk mengikuti kemajuan yang dicapai Muhammadiyah.

Bagi mereka, Persyarikatan dianggap sebagai guru yang terbaik (the best teacher). Mereka melihat sisi positif Muhammadiyah sebagai kekuatan untuk memacu mereka agar maju seperti yang dilakukan Muhammadiyah. Mereka ini sejatinya teman-teman Muhammadiyah yang berada di luar sana yang ikut meluaskan lapangan dakwah. Terhadap teman-teman seperti ini tentunya kita merasa bersyukur dan berterima kasih kepada mereka. Sehingga jalinan ukhuwah Islamiyah perlu kita rajut sebagaimana bunyi Kepribadian Muhammadiyah “Memperbanyak kawan dan mengamalkan Ukhuwah Islamiyah”.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang menilai apa yang dilakukan Muhammadiyah sebagai lawan yang perlu dihadang, bahkan kendatipun sesama Muslim. Dari lisan mereka selalu terdengar ucapan-ucapan menghujat, bahkan juga memfitnah dan menghasut. Bagi mereka, Muhammadiyah harus dihadang, dicegat atau kalau perlu dilawan secara fisik dengan melibatkan massa pendukung mereka. Muhammadiyah dalam mindset  mereka adalah sesuatu yang merusak, bahkan juga harus dibendung dengan segala cara terhadap lajunya. Apapun kebaikan dan kemajuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah semuanya dipandang sebagai satu ancaman.

Menghadapi tipologi kelompok ini, Muhammadiyah tentu mengajak mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Tidak ada gunanya memusuhi orang-orang yang memusuhi Muhammadiyah kecuali terus melakukan pendekatan untuk persahabatan sesama. Sebab, banyak fakta lapangan yang menunjukkan banyak kader Muhammadiyah yang militan justru berasal dari orang-orang yang dulunya pernah memusuhi Muhammadiyah. Bahkan tidak sedikit mereka ini lebih militan dan mau berkorban untuk Muhammadiyah ketimbang orang Muhammadiyah sendiri. Mereka ini juga sahabat karib kita yang pernah berjasa membuat kita warga Muhammadiyah semakin solid. Dengan pengertian lain, mereka ini juga mempunyai jasa untuk kita dalam ber-Muhammadiyah.

Kelompok ketiga  adalah orang-orang yang menunggu dan melihat (wair and see). Kelompok seperti ini selalu mencari zona aman. Bila dia masuk pada kelompok pertama, sepertinya Muhammadiyah itu bagus dan baik semuanya. Apabila mereka masuk pada kelompok kedua, sepertinya Muhammadiyah itu tidak baik dan salah semuanya. Pokoknya kelompok ini selalu mencari posisi aman dan hanya mengamankan diri mereka. Aneh tetapi nyata, kelompok ini sengaja berbohong untuk mendapatkan posisi aman.

Kelompok ketiga ini memiliki jasa muka seperti dalam dunia pewayangan, bisa diajak untuk kebaikan sekaligus juga bisa dipakai untuk keburukan. Mereka ini tidak lagi mempersoalkan siapa yang benar dan siapa yang salah, yang penting bagi mereka aman dan nyaman. Tujuan mereka adalah agar diterima oleh semua pihak, kendatipun berbohong sana-sini. Terhadap kelompok ketiga ini, para pemimpin dan warga Muhammadiyah harus melihatnya sebagai ummat dakwah, yaitu kelompok umat yang perlu mendapat siraman, ajakan dakwah dan taushiyah  agar menyentuh hati mereka untuk kembali ke jalan yang benar.

Makna menjaga Muhammadiyah harus difahami sebagai upaya menjalin ukhuwah terhadap siapa saja dan di mana saja demi kepentingan dan kemuliaan Islam dan umatnya. Siapa tahu dengan perlakuan kita seperti itu akan menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk ikut mendukung dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar yang sedang dan terus dikembangkan oleh Muhammadiyah.

*dimuat dalam Majalah MATAN Edisi 110 September 2015