Mengenang Kesederhanaan Alm.Gus Yudi, Kader KOKAM Beralas Tikar

Gus Yudi. KOKAM sederhana itu telah kembali. Semoga tenang di sisi Rabb-nya. Kebaikan-kebaikannya semoga tetap mengesan di hati segenap kader KOKAM dan Muhammadiyah. Dari tingkat ranting (yang mengering) hingga tingkat pimpinan pusat dan amal usaha di gedung-gedung mewah, dalam sejuknya ruangan ber-AC beralaskan permadani berwarna-warni. Indah sekali.
Banyak hal yang perlu kita petik dari sosok sederhana yang kerap dipanggil Pak Dukuh ini. Ia mengajarkan langsung dengan perbuatan dan tindakan. Langsung.

Kepada saya yang suka bermalas-malasan dan mencari alasan untuk tak hadir kegiatan atas nama ketiadaan waktu, agenda yang padat, atau fisik yang lelah.
SMS Terakhir dari Gus Yudi yang dikirimkan kepada Kang Abror, Komandan KOKAM Sleman, cukup untuk membungkam.
“Sesuk bar Isya’ yo keno Ndan, neng aku mbonceng yo, ijih gregesi je”

_Inilah SMS terakhir pada hari Ahad tanggal 11/01/2015 yang kami terima dari sosok aktivis yang tak kenal lelah, tak mudah untuk beralasan ketika ada panggilan tugas. Selama menjabat bendahara atau pengurus KOKAM Daerah Sleman tidak pernah keluar alasan untuk tidak memenuhi tugas, beliau berusaha hadir yang pertama setiap kegiatan._ (seperti ditulis Kang Abror)

Ia ajarkan tentang apa dan bagaimana itu amanah, serta cara sempurna untuk menunaikannya ….

Sebelum meninggal sempat menyampaikan “Ndan untuk Kas KOKAM silahkan diambil di tas di kamarku”.

Ia tegaskan bagaimana hidup dalam kesederhanaan dan tetap berkomitmen dalam dakwah dan pergerakan.

Bergetar hati ini ketika memasuki kamar beliau, sebuah kamar yang sangat sederhana, tidak ada almari, tidak ada tempat tidur, hanya ada gulungan tikar di dalamnya. Berkaca-kaca mata ini ketika mulai membuka tas, dan kami temukan uang sesuai dengan laporan yang sering beliau sampaikan baik lewat kopian atau lewat SMS. Selamat jalan kaderku semoga khusnul khotimah (ditulis Kang Abror)

Koreksi Terhadap Gaya Ta’aruf Kita

Saya seperti mendapat tamparan, saat tahu kondisi keluarga Gus Yudi.  Meski sekilas hanya dari mengamati dari kediaman yang beliau tinggali. Kesan yang menguat membaca tulisan Kang Abror. Dalam kesederhanaan itu, Gus Yudi tetap bisa aktif di KOKAM. Mengemban amanah dengan baik dan berperan dalam banyak kegiatan. Jika ada amal usaha Muhammadiyah yang bersedia menerimanya untuk berkarya tentu akan terasa indah dan pas. Dakwah tetap jalan, dan ekonomi keluarga juga tidak terabaikan. Meski kita percaya, mereka yang bekerja dan mencari hidup di amal usaha pun juga berniat untuk dakwah.

Saya juga baru tahu bahwa namanya Marjudi, dan lokasi rumahnya pun baru saya tahu malam itu. Padahal telah sering ketemu dalam banyak kegiatan. Saya benar-benar merasa gagal berta’aruf dengan Gus Yudi. Jika dalam tataran ini saja gagal bagaimana mungkin kita akan saling bertafahum atau bertaawun?

Akhirnya memang, ada baiknya kajian kader dilaksanakan di rumah-rumah para kader. Agar setidaknya kita semakin tahu kondisi dari sahabat kita. Minimal tahu rumahnya, orang tuanya, dan hal lainnya yang mungkin bisa bermanfaat suatu saat nanti.

Seberapa tahukah kita tentang kondisi saudara seperjuangan? Mungkinkan mereka termasuk yang diam meski membutuhkan bantuan? Bagaiaman kondisi keluarganya? Layakkkah kita menarik uang atas nama ini dan itu, sedang mungkin mereka butuh mencukupi kebutuhan lainnya? Apakah…. Bagaimanakah….

Selamat berpulang Gus Yudi. Meski terlambat, izinkan aku untuk mengoreksi ta’arufku.
sumber : pcpmminggir