Memurnikan Kader dan Pengelola Amal Usaha Muhammadiyah

“ Sang Surya tetap bersinar, Syahadat dua melingkar, warna yang
hijau berseri membuatku rela hati
penggalan lagu sang surya tersebut dapat memicu kader Muhammadiyah
untuk sadar dan ikhlas dalam berjuang serta menggambarkan harapan Muhammadiyah
untuk memperjuangkan negeri ini. Muhammadiyah bersinar menyinari negeri
merupakan tema yang diangkat pada Muktamar 1 Abad Muhammadiyah di Yogyakarta,
tema yang begitu menarik dan menggelegar di bumi pertiwi. Tidak dipungkiri dalam
perjalananya Muhammadiyah telah banyak memancarkan sinarnya ke penjuru negeri dengan
sayap – sayap Amal Usahanya yang begitu luas dan berkualitas, seluas kibaran
sayap – sayap garuda yang membentang luas menelusuri negeri dan sekuat. Tercatat
ribuan Amal Usaha Muhammadiyah ( AUM ) yang tersebar dipenjuru plosok negeri
ini seperti, Pendidikan, Sosial, Ekonomi dan sebagainya semua itu
dipersembahkan untuk rakyat bangsa Indonesia. Muhammadiyah dulu dibenci di negeri
ini namun sekarang dicintai, Muhammadiyah tempo dulu dicaci namun sekarnag
banyak dicari, maka tidak heran apabila saat ini sekolah – sekolah Muhammadiyah
dipercaya mengemban amanah masyarakat untuk mendidik anak bangsa.
Menciptakan masyarakat islam yang sebenar – benarnya adil dan makmur
yang diridhoi oleh Allah SWT merupakan tujuan luhur dari organisasi islam
tersukses di indonesia ini. Sudahkah Muhammadiyah mewujudkan cita – cita yang
luhur ini ? jawabanya adalah menuju mewujudkanya. Menuju adalah proses
penyesuaian yang dilakukan dengan berbagai cara dan jalan untuk meraihnya yang
terkadang mulus dan terjal, hambatan yang dianggap sepele namun sentral dan
dasar pokok perjuangan dalam Muhammadiyah selama ini menurut hemat saya adalah
Muhammadiyah melupakan generasinya sendiri yaitu anak – anak didikan asli dari
Lembaga Pendidikan Muhammadiyah, dalam 1 abad lebih organisasi yang didirikan
oleh KH. Ahmad Dahlan ini telah mendidik dan menciptakan juta-an generasi islam
diseluruh plosok negeri bahkan mencapai luar negeri, dengan generasi – generasi
tersebut seharusnya Muhammadiyah tidak kalang kabut mencari pengurus Amal Usaha
Muhammadiyah.
Mengapa ini terjadi.? Apakah janji pelajar Muhammadiyah nomer enam
hanya sebagai angin lalu dan bagaimanakah keadaan AUM setelah 1 abad lebih
Muhammadiyah berjuang ? 
Amal Usaha Muhammadiyah di pelosok negeri ini masih banyak yang
mengalami kekurangan pendidik, Pecramah dan Pengurus Muhammadiyah, walaupun ada
guru yang mengajar di Muhammadiyah namun jiwa juang Amar ma’ruf nahi mungkar
kurang berani sehingga membuat cita – cita Muhammadiyah terhambat, karena mereka
hanya sekedar mengajar dan menggugurkan kewajibanya sebagai seorang pengajar,
tidak ikut serta menjalankan organisasi sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.
Bayangkan apabila seluruh guru dan kariyawan Muhammadiyah di Indonesia ini
bangga mendapatkan julukan sebagai orang Muhammadiyah dan apabila mereka
pendidik kader Muhammadiyah berkenan untuk menjadi pengurus Ranting
Muhammadiyah, insyallah Muhammadiyah akan meraih cita – citanya dengan lebih
mudah. Kemanakah para kader yang diciptakan organisasi ini ? durhaka – kah
mereka yang tidak melanjutkan perjuanganya di Muhammadiyah ? salahkah mereka
yang meninggalkan Muhammadiyah.? jawabanya tentu tidak, kenapa ? Karena
menikmati kehidupan adalah pilihan dan pilihan merupakan hak asasi manusia
termasuk pilihan para kader Muhammadiyah. Ada beberapa penilaian terhadap
permasalahan tersebut yaitu :
1.     
Faktor Individu
Faktor individu maksudnya ialah kembali kepada pilihan pribadi
seseorang untuk memilih jalan hidup dan jalan dakwahnya. Akan tetap berjuang di
Muhammadiyah atau menjadikan instansi lain sebagai pijakan jalan dakwahnya.
Apabila seseorang yang sadar akan perjuangan Muhammadiyah dimanpun dan apapun
pekerjaanya Muhammadiyah adalah jalan dakwahnya.
2.     
Faktor Ekonomi
KH. A. Dahlan berpesan “ Hidup – hidupilah Muhammadiyah dan jangan
mencari hidup di Muhammadiyah “ pesan ini dapat menjadi acuan perjuangan dalam
bingkai kekurangan ekonomi Keuangan Amal Usaha Muhammadiyah dipelosok desa yang
biasanya menyebabkan kader Muhammadiyah lari meninggalkan perjuangan di
Muhammadiyah. Bahkan banyak sekali permasalahan ekonomi ini membuat Muhammadiyah
hanya sebagai batu loncatan dan sebagai tempat mencari pengalaman mengajar.
Permasalahan ini dapat dijadikan pertimbangan pengurus Muhammadiyah dalam
memperhatikan generasinya sendiri, sehingga mereka selalu istikomah dengan
pengabdianya.
3.     
Faktor
Organisasi
Yaitu faktor kesadaran organisasi untuk menempatkan dan menggunakan
semangat tenaga, fikiran dan ke ilmuan para kader didikan muhammadiyah ke dalam
Amal Usaha Muhammadiyah di negeri ini, sehingga AUM tidak mengalami krisis pendidik
dan krisis jiwa pejuang di Muhammadiyah. Dengan demikian kader – kader yang
diciptakan oleh Muhammadiyah akan selalu memiliki semangat ber – Muhammadiyah
sehingga dakwah Muhammadiyah akan tepat sasaran dan cita – cita Muhammadiyah
akan segera terwujud karena di seluruh AUM pengurus dan pekerjanya adalah panji
– panji Muhammadiyah.

4.     
Faktor Faham
Agama

Pada dasarnya faham agama masyarakat indonesia tercetus dari
kepercayaan terhadap benda sakral dan nenek moyang. Faham ini masih banyak
dianut oleh masyarakat, sehingga kader – kader Muhammadiyah yang masih
takut  menjalankan islam secara kaffah
berlahan – lahan mengikuti faham tersebut dan pada akhirnya Meninggalkan dakwah
melalui Muhammadiyah.
Dalam perkembanganya organisasi pengikut Nabi Muhammad SAW
mengalami berbagai penolakan masyarakat, karena tidak sepemahaman dengan adat
istiadat sehingga penghancuran gedung – gedung Amal Usaha Muhammadiyah
dipenjuru pelosok negeri kerap terjadi. Namun pada akhirnya masyarakat luaslah
yang menikmati pendidikan beserta keuntungan yang lainya. Permasalahan tersebut
muncul disebabkan oleh minimnya kader – kader dan simpatisan Muhammadiyah pada
saat itu sehingga tidak ada support yang maksimal dalam pelaksanaan dakwahnya,
berbeda dengan sekarang simpatisan dan kader bermunculan entah dari sektor
pendidikan formal, pendidikan non formal dan kalangan masyarakat biasa.
Walaupun pada faktanya banyak anak – anak yang sekolah di sekolah Muhammadiyah
hanya sebagai formalitas pendidikan saja akan tetapi karena pemahaman
masyarakat terhadap organisasi dari kauman ini sudah menyeluruh kepada generasi
bangsa ini sehingga kekerasan terhadap Muhammadiyah lambat laun semakin redup.
            Lantas seperti apakah
langkah yang harus dilakukan oleh pengurus Muhammadiyah agar amal usahanya dapat
terus berkembang dengan generasi berkarakter Al Qur’an dan As Sunnah tanpa
melupakan generasinya sendiri ?? yaitu dengan cara merekrut kader – kader
unggulan Muhammadiyah yang terbaik dari sektor pendidikan, dengan kader murni
dari Muhammadiyah. Selain sektor pendidikan, generasi organisasi ini dapat
direkrut kalangan masyarakat yang respect terhadap Muhammadiyah dengan
ketentuan – ketentuan yang berkaitan dengan tujuan dakwah Muhammadiyah, karena
biasanya dengan memperhatikan generasi – generasi yang tersembunyi akan dapat menimbulkan rasa
semangat dalam organisasi yang telah merekrutnya yaitu dengan cara memberikan
mereka pekerjaan di Amal Usaha Muhammadiyah atau di tempat usaha orang
Muhammadiyah dengan catatan mereka wajib mengikuti kegiatan islam dan
Muhammadiyah. 

Dengan langkah ini insyallah Muhammadiyah akan tetap komitmen
dalam perjuanganya yaitu amar ma’ruf nahi mungkar, karena biasanya kader non
Muhammadiyah dalam perjuanganya lemah dan tidak memiliki sifat dasar
Muhammadiyah. Selain perkerutan yang terpenting Muhammadiyah harus menempatkan
kader unggulan Muhammadiyah di Amal Usaha Muhammadiyah yang dimiliki, sehingga
perjuangan mereka akan terus berlanjut hingga akhir hidupnya untuk menghidup –
hidupi Muhammadiyah. 

Dengan adanya perekrutan dan penempatan tersebut Muhammadiyah
tidak akan kekurangan staff pengajar, da’i dan pengurus, sehingga dalam perkembanganya
Muhammadiyah dan warga Muhammadiyah dapat mewujudkan masyarakat islam yang
sebenar – benarnya adil, makmur dan diridhoi oleh Allah SWT dalam naungan Al
Qur’an dan As Sunnah. Amin

oleh: Ridho Wahyudi