Staf Menag : Idul Adha Tak Perlu Isbat, Patokannya Wukuf di Arafah

PAMULANG — Sidang isbat untuk menentukan Idul Adha dianggap tidak perlu dilakukan. Sebab, berbeda dengan awal Ramadhan atau Idul Fitri yang bisa ditentukan lewat penampakan hilal, Hari Raya Qurban ini tergantung pelaksanaan wukuf di Padang Arafah.
“Idul Adha itu sangat berkaitan dengan ibadah haji. Jadi pemerintah tidak perlu menggelar sidang itsbat segala. Kalau hari ini jamaah haji sudah wukuf di Arafah, ya besoknya langsung pelaksanaan qurban (Idul Adha),” kata mantan staf ahli menteri agama, Prof Yusri Abadi APU, kepada Republika, usai khotbah Shalat Jumat (26/9), bertema Idul Adha, di Masjid Raya Alkautsar, kompleks Vila Dago, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
Dosen pascasarjana di berbagai perguruan tinggi Islam Indonesia itu menegaskan, tidak mungkin Idul Adha mendahului atau sebelum wukuf di Arafah sebagai puncak haji. Sebab, dari sejarahnya, wukuf merupakah masa persinggahan Nabi Ibrahim AS sebelum berangkat ke Muzdalifah.
“Di Muzdalifah itulah Nabi Ibrahim AS tertidur. Dalam mimpinya beliau mendapat wahyu dari Allah SWT berupa perintah menyembelih putranya yang masih remaja, Ismail (Nabi Ismail AS),” ungkap Yusri.
Atas ketaatan Nabi Ibrahim AS dan istinya Siti Hajar, serta keikhlasan dan kesabaran Nabi Ismail atas perintah tersebut, lanjut Yusri, Allah SWT menggantikan pengorbanan itu. Yang kemudian mereka sembelih adalah kambing gibas.
“Begitu kronologisnya. Jadi, tibanya Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban itu patokannya adalah setelah wukuf di Arafah,  bukan berdasarkan kemunculan hilal. Tak perlulah itu sidang isbat,” tutup Yusri.[sp/RoL]