8 Fakta Menarik Seputar Ilmu Falak & Metode Hisab Muhammadiyah

  1. KH Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (nama kecilnya), pendiri Persyarikatan Muhammadiyah adalah salah satu pembaharu ilmu falak di Indonesia. Beliaulah yang meluruskan arah kiblat Masjid Gede Keraton Yogyakarta pada 1897 M/1315 H. Pada saat itu masjid tidak tepat menuju arah kiblat yang 24 derajat arah Barat Latut. Beliau mempelajari ilmu hisab dan falak melalui K.H Dahlan (Semarang), Kyai Termas (Pacitan), Kyai Shaleh Darat (Semarang) dan Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau.
  2. Pada tanggal 26-28 Agustus 1970. Muhammadiyah mengadakan seminar nasional. Seminar ini merupakan seminar ilmu falak yang pertama di Indonesia.
  3. Djarnawi Hadikusumo adalah tokoh Muhammadiyah salah satu pemerhati persoalan hisab dan rukyat. Beliau bersama sama KH AR Fachruddin untuk menggodok rumusan-rumusan kepribadian Muhammadiyah yang telah disampaikan oleh K.H Fakih Usman, K.H Faried Ma’ruf, K.H Wardan Diponingrat, Buya Hamka, Djindar Tamimy dan M. Sholeh Ibrahim. Djarnawi Hadikusumo salah satu pemikir dan penulis yang produktif dibandingkan tokoh-tokoh seangkatannya. Tulisan-tulisan yang berkaitan dengan persoalan hisab-rukyat diantaranya adalah Hisab dan Rukyat dan Mengapa Muhammadiyah Memakai Hisab.
  4. Dalam sejarahnya, Muhammadiyah pernah menggunakan metode imkanu rukyat dan hisab hakiki dengan kriteria ijtima’ qobla ghurub. Lalu sejak tahun 1938 hingga saat ini menggunakan hisab hakiki Wujudul Hilal.
  5. Muhammad Djindar Tamimy (dikalangan Muhammadiyah dikenal sebagai Pak Djindar). Beliau adalah tokoh ilmu falak Muhammadiyah yang menggagas kriteria Ijtima’ Qobla Ghurub (IQG). Gagasan tersebut ia lontarkan saat ia menjabat Sekretaris Jendral Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam kriteria Ijtima’ Qobla Ghurub (IQG) asalkan sudah terjadi Ijtima’atau konjungsi sebelum mata hari terbenam maka malam itu sudah masuk bulan baru. Kriteria ini tidak memandang apakah posisi bulan berada di atas ufuk ataukah di bawah ufuk. Dengan demikian pemisah antara dua bulan qomariyah adalah peristiwa ijtima’ atau konjungsi.
  6. Gagasan Kriteria Hisab Hakiki Wujudul Hilal berasal dari Kyai Wardan Diponingrat. Dalam hisab Wujudul Hilal mempunyai 3 kriteria. (1) Telah terjadi ijtima’ atau konjungsi (2) Konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam (3) Pada saat matahari terbenam piringan atas bulan berada diatas ufuk. Pandangan mengenai hisab hakiki Wujudul Hilal bisa dibaca dalam karyanya Umadatul Hilal dan Hisab Urfi dan Hisab Hakiki
  7. Terjadi dinamika di kalangan ahli hisab Muhammadiyah dalam pandangannya mengenai kriteria ketiga Hisab Wujudul Hilal Muhammadiyah. Apakah piringan atas bulan ataukah piringan bawah.
  8. Berikut nama-nama tokoh Ilmu Falak Muhammadiyah dari dahulu hingga sekarang. KH Ahmad Dahlan (1868-1923), K.H Ahmad Badawi (1902-1969), Djarnawi Hadikusumo (1920-1993), Saadudin Djambek (1911-1977), K.H Wardan Diponingrat (1911-1991), H.Basit Wahid (1925-2008), H. AaAbdur Rachim (1935-2004), Muhammad Djindar Tamimy (1923-1996), Oman Fathurahman SW, Sriyatin Shodiq, Susiknan Azahari dll.
Oleh: Saifuddin Zuhri