Pak Din : Tak Perlu Sinis Terhadap Koalisi Partai Islam

Ketua Umum PP Muhammaddiyah, Din Syamsuddin mengatakan, sangat realisitis jika partai-partai berbasis Islam bergabung menjadi satu suara untuk membentuk koalisi. Menurutnya, suara-suara partai Islam sangat mumpuni untuk membentuk koalisi.

“Saya kira sangat realistis (koalisi partai Islam). Karena baik dari segi sosilogis maupun demografis Indonesia mendukung partai Islam untuk bersatu,” kata Din di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (19/4/2014), seperti dikutip Tribunnews.com.

Din pun meminta agar masyarakat tidak memandang sinis dengan adanya koalisi partai Islam. Menurutnya, partai Islam membentuk koalisi perlu didorong untuk memperjuangkan umat Islam.

“Koalisi partai Islam tidak perlu disikapi dengan sinisme. Tidak perlu disikapi dengan phobia,” tuturnya.

Yang terpenting kata Din, dengan bergabungnya partai-partai Islam adalah agar koalisi yang terbentuk mampu membuat Indonesia makmur dan lebih bermartabat. Dirinya pun mensyukuri dengan suara partai Islam yang cukup besar bila digabungkan.

“Koalisi partai Islam jangan merugikan umat Islam. Dan jangan pula merugikan Indonesia,” katanya.

Sebelumnya, banyak kalangan yang merasa terganggu dan sinis melihat adanya upaya penggalangan koalisi partai Islam. Salah satunya yang gerah dengan rencana koalisi partai Islam adalah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. 

Melalui video yang disebarkan melalui YouTube, SBY mengritik rencana koalisi poros tengah jilid II yang didasari oleh parpol Islam dan berbasis massa Islam. Menurut SBY, politik ideologis dan sektarian tidak baik bagi bangsa Indonesia yang majemuk.

 “Kalau mau berkompetisi dalam demokrasi modern, kedepankan agenda, platform, dan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Dalam era politik modern, jangan pikirkan politik ideologi ataupun sektarian,” kata SBY dalam video yang diunggah di laman Youtube, Jumat (18/4/2014).

Dalam video yang diunggah oleh akun suara demokrat, SBY menempatkan dirinya sebagai Ketua umum Partai Demokrat. SBY menjelaskan, Indonesia pernah mengalami konflik besar karena politik sektarian, ataupun yang mengedepankan politik ideologis.

“Kita pernah alami konflik karena benturan ideologi. Politik sektarian tidak baik bagi bangsa yang majemuk. Saya sebagai Presiden dalam 10 tahun terakhir merasakan bangsa Indonesia tidak ingin, juga tidak butuh, politik yang dipengaruhi pikiran ideologis dan sektarian,” ujarnya.

Termasuk yang juga sewot dengan rencana koalisi partai Islam adalah Wasekjen Partai Golkar Nurul Arifin. [sp/SI-online]