Membaca Al Qur’an, Kebiasaan Yang Menyehatkan

Rasulullah memerintahkan kita untuk membiasakan diri membaca Al-Qur’an dan memberikan kabar gembira bagi orang yang selalu membacanya. Beliau bersabda:”Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an, akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan berlipat sepuluh kali. Aku tidak berkata alif, laam, mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan mim satu huruf”(HR Turmudzi).
Beliau memerintahkan kita mengkhatamkan Al-Qur’an sebulan sekali, dan paling cepat dalam tiga hari. Abdullah bin Amrin bertanya: “Wahai Rasulullah, berapa lama saya harus mengkhatamkan Al-Qur’an?” Nabi menjawab: ”sebulan”. Abdullah berkata:”Saya mampu mengkhatamkan kurang dari sebulan”. Abu Musa mengulangi perkataannya dan mengurangi (tempo khatamnya) sampai Rasulullah bersabda: “Khatamkanlah Al-Qur’an selama tujuh hari”. Abdullah mengatakan: “Saya bisa mengkhatamkan dalam waktu kurang dari 7 hari”. Nabi bersabda:”Tidak akan memahami Al-Qur’an bagi orang yang membacanya (mengkhatamkannya) dalam waktu kurang dari 3 hari” (HR Abu Daud)
Al Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk ummat manusia sampai akhir zaman. Fungsi Al-Qur’an antara lain sebagai petunjuk (hudan), sumber informasi/penjelasan (bayan), pembeda antara yang benar dan yang salah (al-furqan), penyembuh (syifa’), rahmat, nasehat atau petuah (mau’idzah).
Fungsi-fungsi Al-Qur’an tersebut dapat diperoleh melalui proses membaca dan memahami arti dan maknanya. Semakin tinggi intensitas membaca dan memahaminya, semakin banyak manfaat yang diperolehnya. Sebagaimana sabda Nabi yang dirawayatkan oleh Turmudzi di atas, setiap huruf Al-Qur’an yang kita baca, kita mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan berlipat sepuluh kali.
Apa saja kebaikan yang kita peroleh? Banyak sekali! Bahkan suara bacaan Al-Qur’an saja sudah mampu memberikan manfaat meskipun bagi orang yang sama sekali tidak mengerti bahasa Arab.
Salah satu manfaat AL Qur’an adalah sebagaimana ditunujukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad al Qadhi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research yang berpusat di Amerika Serikat sekaligus konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida. Ia meneliti pengaruh Al Qur’an pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Penelitian dilakukan dalam 2 tahapan.
Tahap pertama bertujuan untuk meneliti kemungkinan adanya pengaruh al Qur’an pada fungsi organ tubuh sekaligus mengukur intensitasnya jika memang ada. Tahap kedua diarahkan untuk mengetahui apakah efek yang ditimbulkan benar-benar karena Al-Qur’an atau bukan.
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan mesin pengukur dan terapi stress yang berbasis komputer, model MEDAQ 2002 (medical data quotient) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Kedokteran Universitas Boston. Alat ini mampu mengukur reaksi yang menunjukkan tingkat stress dengan 2 cara: (1) melakukan pemeriksaan fisik secara langsung melalui komputer, dan (2) memonitor serta mengukur perubahan-perubahan fiisiologis pada tubuh.
Eksperimen dilakukan sebanyak 210 kali dengan melibatkan responden laki-laki dan perempuan dengan usia antara 18 – 40 tahun. Semua responden non muslim dan tidak bisa berbahasa Arab. Mereka diminta mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan Bahasa Arab dengan kaidah tajwid 85 kali. Mereka juga diminta mendengarkan bacaan berbahasa Arab yang bukan Al Qur’an sebanyak 85 kali juga. Bacaan-bacaan berbahasa Arab non Al Qur’an ini dilantunkan dengan kaidah tajwid layaknya Al-Qur’an sehingga memiliki kemiripan dengan Al Qur’an dari aspek lafal, intonasi suara, dan ketukan di indera pendengaran. Bacaan bahasa Arab non Al Qur’an digunakan sebagai placebo, di mana responden tidak dapat membedakan antara Al Qur’an dengan bacaan non Al Qur’an.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa bacaan Al Qur’an menimbulkan efek relaksasi hingga 65%, sedangkan bacaan berbahasa Arab non Al Qur’an, efek relaksasinya hanya mencapai 33%.
Hasil ini menunjukkan bahwa al Qur’an memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan dalam menuurunkan ketegangan (stress) pada pengukuran kualitatif maupun kuantitatif. Pengaruh ini tampak dalam bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada arus listrik di otot, juga perubahan pada daya tangkap di kulit terhadap konduksi listrik, perubahan pada sirkulasi darah, serta perubahan pada detak jantung, kadar darah yang mengalir pada kulit yang kesemuanya saling terkait dan paralel dengan perubahan-perubahan pada aspek lain.
Semua perubahan ini menunjukkan adanya perubahan fungsi dan kinerja sistem syaraf otonom yang lebih lanjut berpengaruh pada organ-organ tubuh yang lain serta fungsi-fungsinya. Karena itu ditemukan adanya kemungkinan-kemungkinan tak terbatas pada pengaruh-pengaruh fisiologis yang bisa dihasilkan Al-Qur’an.
Dalam penelitian lain, Kazemi dkk melakukan penelitian yang mirip terhadap 107 mahasiswa keperawatan Rafsanjan University Of Medical Sciencies dengan metode kuasi eksperimental. Mereka dibagi ke dalam 2 grup, grup kontrol dan case group. Skor Kesehatan Mental diukur pada kedua grup dengan 12 item kuesioner. Case group mendengarkan AL Qur’an masing-masing selama 15 menit, 3 kali seminggu selama 4 minggu berturut-turut, yang diperdengarkan dengan tape rekorder. Seminggu setelah intervensi selesai, skor kesehatan mental diukur kembali pada kedua grup. Hasilnya, terjadi peningkatan skor kesehatan mental yang signifikan pada case group. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mendengarkan Al Qur’an dan dijadikan cara untuk meningkatkan kesehatan mental mahasiswa.
Betapa luar biasanya Al Qur’an, sistem tubuh ternyata memberikan respon positif terhadap bacaan Al Qur’an meskipun si empunya tubuh tidak memahami artinya. Apatah lagi kalau yang membaca atau mendengarkan memahami makna bacaannya, pasti efeknya lebih dahsyat lagi.
Tunggu apa lagi? Marilah kita baca Al Qur’an setiap hari, pasti banyak kebaikan yang kita dapat. Insya Allah kita sehat!
Wallahu A’lam
Oleh: Dr. H. Agus Sukaca, M.Kes