Berorganisasi Bisa Mensinergikan IES-Q Seseorang

Terkadang
banyak orang heran terhadap para aktivis. Kebanyakan mereka beranggapan,
“  Wah ngapain capek-capek jadi aktivis, mendingan tidur, belanja di mall,
nge-game dll “. Itulah tanggapan orang-orang yang memang belum sadar akan
manfaat kita aktif di organisasi-organisasi. Mereka seakan menganggap bahwa
hidup ini hanyalah untuk bersenang-senang atau bahkan terjerumus dalam
keglamouran-nya.  Beginilah kebanyakan generasi muda saat ini, mereka
hanya menyibukkan diri seolah “hanya” untuk kepentingan pribadi. Kuliah, ke
kantin, belanja ke mall, nonton film, nongkrong. Itulah aktivitas kebanyakan
generasi muda saat ini. Memang seolah-olah aktivitas seperti itu akan
memanjakan dan memenuhi segala keinginan-nya. Akan tetapi perlu diketahui
dengan hanya terbelenggu pada ke-hura-hura-an itu seakan mereka akan membuat
sebuah tempurung pemikiran yang sempit, terisolir terhadap lingkungan.
Aktualisasi diri yang seakan memaksaakan untuk membuat menjadi “limited”.
Padahal jika kita kaji lebih dalam lagi, kemampuan manusia itu secara garis
besar terbagi menjadi 3 yaitu Intelectual Quotient, Emotion Quotient, dan
Spiritual Quotient.
Tentu
kemampuan itu, Tuhan memerintahkan untuk mengoptimalkan seoptimal mungkin. Kita
sudah diberikan berbagai kemampuan yang sangat luar biasa, dalam sebuah ayat
dalam Al-Quran, dalam surat At-tin, “ Sesungguhnya Allah telah menciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk”. Sebuah anugrah dan kepercayaan Allah,
sebagai Sang Kholiq memberikan predikat sedemikian rupa kepada sang makhluq,
yaitu manusia. Tentu ini bukan untuk kita bangga-banggakan, tapi ayat tersebut
mengandung sebuah amanah yang harus kita jaga, mengandung sebuah misi visi dan
ekspektasi yang harus kita capai. Sehingga perlulah sebuah konsep dimana
manusia bisa mengoptimalkan berbagai kemampuan yang telah dikaruniakan oleh
Allah SWT. Sesungguhnya tidaklah terlalu rumit/susah cara kita mengoptimalisasikan
dan mengktualisasikan kemampuan yang ada pada diri kita. Cukup kita aktif
berorganisasi, Insya Allah ladang untuk mengoptimalkan semua itu terbuka
lebar.  Dengan berorganisasi kita akan belajar bagaimana kita memposisikan
diri kita, disaat kita berperan sebagai anggota, bagaimana kita belajar
melaksanakan tugas dan perintah dari pemimpin kita. Bagaimana kita ikhlas
bekerja untuk kepentingan bersama, untuk sebuah visi bersama. 
Demikian
juga disaat kita menjadi seorang pemimpin dalam sebuah organisasi, kita akan
belajar memposisikan diri kita menjadi seorang pengayom bagi anggotannya, apa
yang diinginkan para anggota, kita dengar dan kita tampung serta kita
realisasikan keinginan dan aspirasi yang ada. Tentunya kita sebagai seorang
nahkoda dalam sebuah kapal, kita akan belajar membuat sebuah keputusan besar
akan diarahkan kemana kapal kita, akan bertransit kemana dan tentunya destinasi
pelayaran kapal kita harus jelas dan sesuai dalam koridor aturan yang ada.
 Menjadi seorang pemimpin memang perihal yang berat-berat susah. Akan
tetapi sebuah janji Allah, bahwa pemimpin-pemimpin yang adil dan bijaksana
adalah salah satu dari sekian kriteria orang-orang yang dirindu syurga, sebuah
janji yang menjadi sebuah motivasi dalam diri kita. Jika kita perluas lagi
cakupan arti pemimpin yang sebenarnya, memang setiap dari diri kita adalah
pemimpin bagi diri kita sendiri, dan tentu ini menjadi fundament jiwa
kepemimpinan kita, memimpin diri sendiri, memimpin rumah tangga, memimpin
organisasi, dan bahkan sebagai pemimpin sebuah negara. Akan tetapi ya setiap
pemimpin juga harus berkomitmen kuat karena tentu pertanggungjawaban itu pasti
ada, “ Kullukum ro`in wakullukum masulun `an ro`iyatihi”, setiap dirimu adalah
seorang pemimpin, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanmu.
Selain
itu berorganisasi juga akan memberikan bekal yang tidak diberikan di
sekolah-sekolah formal sebagaimana mestinya. Bekal untuk terjun dimasyarakat.
Sebuah modal berharga bagaimana kita bisa menghadapi kompleksitas sifat-sifat anggota
masyarakat yang ada, bagaimana kita bisa bekerja sama dengan mereka. Dalam
berorganisasi semua itu ditanamkan.  Rasa kepekaan dan simpatik juga akan
muncul disaat kita berorganisasi, Emotion Quotient, tentu dalam bermasyarakat
kita dipaksa dan memang sebenarnya harus saling  tolong-menolong terhadap
sesama, minimal peka terhadap kondisi di lingkungan masyarakat kita. Inilah
yang di zaman modernisasi saat ini serasa meluntur bahkan menghilang.
Sebenarnya didalam islam sudah ada sebuah prinsip bermasyarakat yang baik, “
khoirunnas Anfa`uhum Linnas” sebaik-baik manusia adalah yang memberikan
kemanfaatan kepada banyak orang. Melalui  organisasi kita akan belajar
memberikan kemanfaatan kepada lingkungan masyarakat sekitar dengan
program-program di organisasi seperti bakti sosial, peduli bencana dan
program-program pengabdian masyarakat lainnya.
Untuk
kemampuan Spiritual, kita bisa kembangkan dengan memanfaatkan adanya
kajian-kajian keislaman yang ada, jika memang organisasi itu juga bergerak
dibidang dakwah, seperti organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah, Ikatan
Pelajar Muhammadiyah, Aisyiayah, Nahdhotul Ulama dan masih banyak lagi. Selain
itu juga ada sebuah prinsip “tombo ati”, yaitu “ Wong kang sholeh kumpulono”
yang artinya berkumpullah dengan orang sholeh. Demikianlah jika kita masuk
dalam sebuah organisasi yang didalamnya banyak orang-orang sholeh, orang-orang
yang memiliki sebuah visi yang sama dengan kita tentu kita akan terjaga untuk
selalu berbuat baik dan akan terketuk jika memang amal ibadah kita belum
seoptimal teman kita sehingga kita akan selalu dan senantiasa melakukan
peningkatan terhadap amal ibadah yang kita lakukan.
Kemudian
mengenai Intelectual Quotient jelas juga akan bisa kita kembangkan dengan
mengikuti acara seminar-seminar atau diskusi dalam skala kecil yang diadakan
dalam sebuah organisasi. Tentu disana kita akan saling bertukar pikiran dengan
teman-teman yang lain. Apa yang awalnya belum kita ketahui, bisa jadi teman
kita sudah mengetahui sehingga kita bisa saling melengkapi aspek keilmuan yang
ada dalam diri kita.
Jadi
sudah jelas, hanya dengan aktif berorganisasi saja, Insya Allah akan bisa
memberdayakan kemampuan diri kita. Sesuatu yang sebenarnya murah meriah, tanpa
perlu mengeluarkan banyak biaya seperti halnya melalui pendidikan formal. Akan
tetapi hanya perlu sebuah komitmen besar untuk itu. Kesimpulannya dengan
berorganisasi, kita bisa menyelaraskan dan mesinergikan berbagai kemampuan yang
ada dalam diri kita sehingga akan terbentuk kepribadian yang utuh baik secara
spiritual, intelectual maupun emosional.
PHISCA ADITYA ROSYADY
Ketua
Bidang Kajian Dakwah Islam PC IPM Imogiri
Mahasiswa
Elektronika dan Instrumentasi UGM