Benarkah Adam & Hawa Terusir dari Surga Karena Hawa Sebagai Penyebabnya ?

(Sebuah Study komparatif antara kitab suci Al-Qur’an dengan kitab suci
Perjanjian Lama (Taurat)
Dalam kesempatan ini saya berusaha untuk menganalisa kembali tentang ‘apakah
benar bahwa Hawa sebagai penyebab terusirnya Nabi Adam dari surga?”, dengan
mengadakan perbandingan antara dua kitab suci yaitu al-Qur’an dan Perjanjian
Lama (Taurat). Mungkin sebagian menganggap hal ini merupakan permasalahan yang
telah usang. Namun bagi saya tidak ada salahnya kita kembali menganalisanya
masalah tersebut. Benarkah Hawa sebagai penggoda yang menyebabkan Nabi Adam
berbuat dosa (dosa di sini ialah melakukan yang sebaiknya ditinggalkan atau
istilah lainnya ialah tarkul aula (meninggalkan yang utama untuk kemaslahatan),
bukan dosa dalam artian berbuat haram karena di surga sana belum terdapat
taklif untuk manusia) dan akhirnya terusir dari surga?
Namun sebelum
memasuki pembahasan, terlebih dahulu terdapat satu pertanyaan yang harus kita
jawab sebagai prolog untuk memasuki pembahasan pokok, sehingga permasalahan
menjadi lebih transparan.
Pertanyaan:
“Apakah sejak
semula Adam diciptakan untuk tinggal di muka bumi, atau untuk tinggal di
surga?”
Jawab:
Sejak semula
Nabi Adam dan Hawa (manusia) telah diciptakan Tuhan untuk tinggal di bumi,
bukan untuk tinggal di surga, sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an
surat al-Baqarah 30 yang berbunyi:
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Dalam ayat di
atas ungkapan “Fil Ardhy” yang artinya dalam bahasa Indonesia ialah “di muka
bumi”. Dalam ayat tadi, Allah swt telah mengatakan kepada para malaikat bahwa
Dia hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan tidak
mengatakan untuk tinggal di surga. Hal itu terjadi terjadi sebelum penciptaan
Nabi Adam dan Hawa, yang akhirnya para malaikat protes kepada Allah swt tentang
hal itu, namun Allah swt memberikan jawaban kepada mereka bahwa Dia lebih
mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh para malaikat.
Perihal ini
dapat anda lihat dalam lanjutan ayat di atas.
Namun, sebelum
turun ke muka bumi, Allah telah menempatkan Adam dan Hawa di surga untuk
ditraining dan diuji sebelum memasuki kehidupan dunia yang tentunya lebih sulit
dibanding kehidupan di surga tersebut. Ujian serta training tersebut sebagai
bekal mereka dalam kehidupan di muka bumi. Di sisi lain, para ahli tafsir
Qur’an mengatakan bahwa surga tempat Nabi Adam dan Hawa tinggal bukanlah surga
setelah kiamat. Dengan alasan;
Pertama; Surga
pasca Kiamat penghuninya akan kekal di dalamnya dan tidak akan keluar darinya,
sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti dalam surat
Fath ayat 5, al-Hadid ayat 12, al-Mujadalah ayat 22, at-Taghabun ayat 9 dan
lain sebagainya. Sementara surga yang ditempati oleh Nabi Adam dan Hawa, mereka
tidaklah kekal di dalamnya, buktinya akhirnya mereka keluar dari surga
tersebut.
Kedua; Syetan
tidak dapat masuk ke dalamnya. Sementara surga Nabi Adam dan Hawa dapat dimasuki
oleh syetan yang telah menggoda mereka.
Ketiga; Surga
pasca Kiamat adalah yang disediakan sebagai balasan amal manusia, artinya surga
adalah balasan untuk orang-orang yang telah berbuat baik. Namun surga Nabi Adam
dan Hawa tidak seperti itu, sebelum mereka beramal (taklif) telah dimasukan ke
dalam surga.
Keempat; Surga
di akherat kelak bersifat bebas mutlak untuk para penghuninya. Dalam arti,
tidak ada larangan sedikitpun, berbeda dengan surga Adam-Hawa dimana mereka
dilarang untuk memakan buah Khuldi yang ada di surga tersebut.
Setelah
menyelesaikan prolog di atas, marilah kita memasuki pembahasan pokok yaitu
menjawab sebuah pertanyaan: “Apakah benar Hawa penyebab turunnya Adam dari
surga?” dengan mengadakan study komparatif antara Al-Qur’an dan Perjanjian Lama
Apabila kita
merujuk ke kitab suci Al-Qur’an maka jawabannya ialah negative. Terdapat dalam
beberapa surat yang telah menjelaskan penciptaan Nabi Adam dan Hawa dalam
al-Qur’an, seperti dalam surat al-Baqarah dari ayat 34-38, an-Nisa ayat 1,
al-A’raf, 19-24 dan Thoha ayat 115-122. Namun yang telah menjelaskan secara
terperinci ialah terdapat dalam surat al-A’raf. Dimana dalam surat tersebut
telah dijelaskan pula sebab terusirnya Nabi Adam dan Hawa dari surga. Dalam
surat tersebut telah dijelaskan pula bahwa sumpah palsu syetan yang menyebabkan
mereka dikeluarkan dari surga. Allah swt telah menegur kedua-duanya (Nabi Adam
dan Hawa) atas perlakuannya. Mari kita perhatikan kandungan ayat-ayat berikut
ini, apakah dapat diambil kesimpulan bahwa Hawa sebagai penyebab turunnya Adam
dari surga?:
“(dan Allah
berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta
makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk
orang-orang yang zalim. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya
untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya
dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarang kalian dan mendekati pohon ini,
melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi
orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada
keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada
kalian berdua. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan
tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku Telah melarang kamu
berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami,
kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami
dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi.”(al-A’raf 19-22)
Berdasarkan
ayat di atas, sumpah palsu syetan dengan mengatakan kepada Adama dan Hawa bahwa
sebab pelarangan Tuhan untuk memakan buah tersebut ialah, karena Tuhan tidak
ingin mereka menjadi malaikat dan kekal di dalamnya. Tidak cukup di situ,
bahkan syetan pun telah bersumpah dengan mengatakan bahwa ia melakukan hal itu
karena demi kebaikan mereka berdua. Silahkan kembali cermati secara seksama
ayat di atas!

Lebih jelas
lagi terdapat dalam surat Thoha ayat 117-121 yang berbunyi:
“Maka Kami berkata: “Hai Adam, Sesungguhnya Ini (iblis) adalah musuh bagimu dan
bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua
dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan
kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu tidak
akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai
Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak
akan binasa?“. Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
(yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian
Tuhannya memilihnya Maka dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.
Keterangan;
Yang dimaksud dengan durhaka di sini ialah melanggar larangan Allah Karena lupa
dan dengan tidak sengaja, sebagaimana disebutkan dalam ayat 115 surat ini. Dan
yang dimaksud dengan sesat ialah mengikuti apa yang dibisikkan syaitan.
Kesalahan Adam a.s meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa
sudah dinamai durhaka dan sesat, Karena tingginya martabat Nabi Adam a.s. dan
untuk menjadi teladan bagi orang besar dan pemimpin-pemimpin agar menjauhi
perbuatan-perbuatan yang terlarang Bagaimanapun kecilnya.
Mari kita
bandingkan ayat di atas dengan yang terdapat dalam kitab perjanjian lama
(Taurat) yang sudah terjadi banyak penyelewengan berkaitan dengan isinya,
niscaya akan kita dapati bahwa jawabannya adalah positif, Hawa-lah penyebab
terusirkannya Nabi Adam dari surga. Dalam kitab perjanjian lama dalam ‘bab
penciptaan Adam dan Hawa’ telah dijelaskan bahwa Hawa sebagai penyebab
diturunkannya Adam dari surga. Bahkan Tuhan menegur Adam kenapa mengikuti
ucapan istrinya untuk memakan buah terlarang. Dengan kata lain, Hawa yang telah
menyebabkan Nabi Adam melakukan kesalahan. Saya dapatkan hal ini dari
terjemahan (edisi Arab dan juga edisi Persia) Perjanjian Lama. Namun saya
yakin, edisi terjemahan kitab tersebut dapat dipertanggungjawabkan karena
merupakan terjemahan resmi. Dan insyaAllah pemahaman saya dari terjemahan
tersebut tidak akan melenceng dari isinya. Kurang lebih isinya seperti ini:
“Telah berkata
ular kepada wanita (Hawa): “Kenapa telah memerintahkan Tuhan kalian untuk tidak
memakan semua (buah) pepohonan surga? Lantas wanita (Hawa) tersebut menjawab
pertanyaan ular; “Kami memakan buah-buahan pepohonan yang ada di surga. Namun
dari buah pohon yang ada di tengah surga, Tuhan telah melarang kami untuk
memakannya, dan kami tidak boleh mendekatiya karena kami akan mati. Ular
berkata; “Kalian berdua tidak akan mati. Karena sesungguhnya Tuhan mengetahui
bahwasanya setiap saat kalian memakan dari buah pohon itu, maka mata kalian
akan terbuka dan kalian akan menjadi seperti Tuhan, akan mengetahui kebaikan
dan kejahatan. Wanita (Hawa) melihat buah pohon tersebut baik untuk dimakan dan
enak dipandang. Maka ia mengambil dari buah pohon tersebut dan memakannya, ia
memberikan buah pohon tersebut kepada suaminya (Adam), dan iapun (Adam)
memakannya. Maka terbukalah mata mereka, dan ketika mereka mengetahui dalam
keadaan telanjang maka mereka menyambungkan dedaunan dari pohon tin dan mereka
membuat sarung untuk mereka berdua. Di saat itu terdengarlah suara Tuhan yang
sedang berjalan di surga ketika mendekati sepoi-sepoi angin setelah zuhur. Maka
bersembunyilah Adam dan Hawa dari wajah Tuhan di antara pepohonan surga. Lantas
Tuhan memanggil Adam seraya berkata: “Dimana engkau? Adam menjawab: “Aku
mendengar suara-Mu di surga, maka aku takut karena aku dalam keadaan telanjang
, karena aku malu (telanjang) maka aku sembunyi. Tuhan berkata kepadanya
(Adam): “Siapa yang telah memberitahukan kepadamu bahwa engkau telanjang?
Apakah engaku telah memakan buah yang telah Aku larang untuk tidak memakan
darinya? Adam menjawab: “Tuhanku, wanita (Hawa) ini yang telah Engkau jadikan
teman untukku yang telah memberikan buah dari pohon itu kepadaku lalu aku
memakannya. Kemudian Tuhan berkata kepada wanita (Hawa): “Kenapa engkau
melakukan hal ini?. Wanita (Hawa) menjawab: “Ular itu yang telah menipuku, lalu
aku memakannya.” Kemudian Tuhan berkata kepada Ular: “Karena engkau telah
melakukan hal ini, maka akan terlaknatlah (terusir) engkau dari seluruh
binatang dan semua binatang melata. Engkau akan berjalan pada dadamu dan engkau
akan makan tanah selama hidupmu…kemudian Tuhanpun berkata kepada wanita (Hawa):
“Akan kuperbanyak rasa sakitmu, dan kehamilanmu, engkau akan melahirkan anak
dengan rasa sakit dan engkau akan berada di bawah kekuasaan laki-laki (di bawah
perintah laki-laki), serta ia akan menguasaimu. Dan berkata Tuhan kepada Adam:
“Karena engkau telah menuruti ucapan istrimu, dan engkau telah memakan buah
dari pohon yang telah aku larang untuk memakan darinya, maka setelah itu bumi
terlaknat dalam pekerjaanmu, dengan susah payah engkau akan makan darinya pada
seluruh hari-hari kehidupanmu…lantas Tuhan mengeluarkan Adam dari surga…
Silahkan
bandingkan dengan surat Thaha dari kitab suci al-Qur’an di atas! Dimana syetan
telah menggoda dan membisikan kepada Adam secara langsung (yang ditulis tebal).
Namun dalam Perjanjian Lama, ular (syetan) pertama menggoda Hawa, kemudian Hawa
membujuk Nabi Adam untuk memakan buah khuldi yang akhirnya Adam ditegur oleh
Tuhan karena telah menuruti dan tergoda ucapan istrinya yang akhirnya
menyebabkan ia terusir dari surga. Namun dalam al-Qur’an kedua-duanya telah
ditegur oleh Allah swt, karena baik Nabi Adam maupun Hawa telah tergoda oleh
sumpah palsu syetan. Lihat dalam al-Qur’an sejak semula syetan telah menggoda
Adam dan Hawa dengan mengatakan ‘kalian berdua’ (karena dalam ayat tersebut
menggunakan ‘dhamir mutsana’, yaitu kata ganti orang yang menunjukkan dua
orang) ), bukan syetan hanya menggoda kepada Hawa, lalu Hawa menggoda Nabi
Adam:
“Tuhan kamu
tidak melarang kalian dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua
tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam
surga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah
termasuk orang yang memberi nasehat kepada kalian berdua”. Maka syaitan
membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. (al-A’raf 19-21)

Kesimpulan:
• Dalam al-Qur’an Hawa bukanlah penyebab Nabi Adam as terusir dari surga, akan
tetapi sejak semula Nabi Adam as pun sebagaimana Hawa telah tertipu oleh sumpah
palsu syetan. 
• Sumpah palsu ialah; pertama, syetan telah bersumpah bahwa tidaklah Allah swt
telah melarang Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi melainkan karena
Dia tidak ingin mereka kekal seperti para malaikat. Kedua, syetan bersumpah
bahwa ia melakukan hal ini hanyalah demi kebaikan mereka berdua.
• Karena
kedua-duanya telah bersalah maka Allah swt menegur kedua-duanya.
• Namun dalam
kitab Perjanjian Lama, pertama syetan (yang dalam kitab tesebut disebut ular)
menipu Hawa, kemudian Hawa menggoda Nabi Adam untuk memakan buah khuldi.
• Oleh karena
itu, setelah Tuhan mengetahui pelanggaran atas pelarangannya, pertama Tuhan
menegur Adam. Sewaktu Tuhan menegur Nabi Adam karena kesalahannya, Nabi Adam
mengatakan bahwa perempuan yang Engkau ciptakan untuk jadi temanku (Hawa) yang
telah membujukku untuk memakannya. Jadi, secara tidak langsung Hawa sebagai
penyebab ia berbuat salah dan akhirnya terusir dari surga.
• Setelah itu,
kemudian Tuhan menegur Hawa, kenapa telah menggoda Adam untuk memakan buah
terlarang?
• Oleh karena
itu, secara tidak langsung menurut kitab Perjanjian Lama Hawa sebagai penyebab
terusirnya Nabi Adam dari surga, sebagaimana yang selalu kita dengar selama
ini.

Sumber:
Al-Qur’an 
Perjanjian Lama (Taurat) edisi bahasa Arab.
TafsirMizan
karya Allamah Thabathabai’
TafsirTasnim,
karya Ayatullah jawadi Amuli
TafsirNemuneh,
Ayatullah Makarim Syirazi

Catatan:
• Kenapa Hawa dinamakan Hawa? Karena ia merupakan ibu para Makhluk hidup
(maksudnya manusia). Karena Hawa berasal dari akar kata ‘Hayun’ yang artinya
hidup.
• Adam
dinamakan Adam, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis dari Imam Shadiq ia
berasal dari akar kata: ‘Adim’ yang artinya bagian permukaan tanah.

Bagi yang dapat
memahami bahasa Arab dapat langsung merujuk sendiri kepada 2 sumber (al-Quran
dan Perjanjian lama edisi Arab) tersebut. Sebenarnya saya ingin sekali melihat
kitab aslinya yang berbahasa Ibrani, namun percuma saja, karena saya sendiri
tidak bisa memahami bahasa Ibrani. Saya pun telah berusaha men-search kitab
Perjanjian Lama yang berbahasa Indonesia di internet, khususnya yang berkaitan dengan
pembahasan ini, namun tidak mendapatkannya. Jalan terakhir saya menggunakan
rujukan saya ke kitab Perjanjian Lama edisi bahasa Arab dan Persia.
(Argumen Teks Penguat Terakhir)
Namun begitulah
kenyataannya di berbagai ayat-ayat suci al-Quran, pedoman primer orang yang
mengaku sebagai muslim. Sepintas, sepertinya saya ini sangat berambisius sekali
mengafirmasikan bahwa bukanlah Hawa yang telah membuat Nabi Adam as terusir
dari surga, seperti mitos yang kita dengar selama ini. Mitos yang tidak bersumber
dari sumber-sumber primer dan sekunder kaum muslimin yang dapat
dipertangggungjawabkan melalui jalur ilmiah. Sebagaimana pada artikel-artikel
sebelumnya, kita telah membahas tentang tema ini dengan melihat pandangan
al-Qur’an dan kitab Perjanjian Lama dengan membuat perbandingan di antara
keduanya. Konklusi dari kajian komparatif antara kedua kitab suci ini ialah
bahwa dalam kitab Perjanjian Lama, Hawa (Eva) sebagai penyebab terusirnya Nabi
Adam as dari surga. Sedang kitab suci al-Qur’an dengan tegas telah menafikan
hal itu, dan menganggap Setan sebagai penyebab terusirnya mereka.
Ketika saya
membuka-buka kembali kitab suci al-Quran, mata saya tertuju pada surat al-A’raf
ayat 27 dimana dengan sangat gamblang menjelaskan tentang hal ini. Dalam ayat
ini, Allah swt mengatakan bahwa Setanlah yang telah mengeluarkan Adam dan Hawa
dari surga; “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan
sebagaimana ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan
dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya.
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang
kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami Telah menjadikan setan-setan
itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman”.
Al-Qur’an
dengan sangat jelas mengatakan bahwa Setan-lah yang telah mengeluarkan ibu-bapa
manusia yakni Adam as (dan Hawa) dari surga, bukan Hawa, ibu kaum manusia. Dan
ketika kita dapati beberapa hadis-hadis –yang tidak ada jaminan kebenaran dan
keterjagaannya dari pendustaan- yang sebagai sumber sekunder (pasca al-Quran)
yang bertentangan dengan al-Quran yang dijamin keotentikannya dan
keterjagaannya dari pendustaan, maka saya kira sepakat semua kelompok muslimin
dalam menindaklanjuti hadis-hadis israiliyat semacam itu, membuangnya jauh-jauh
dari ensiklopedia hadis Nabi saw.
*) Sangadji EM,
Sekretaris PDM Kota Malang